Seorang pria asal Australia mencetak sejarah medis dengan berhasil bertahan hidup selama 100 hari menggunakan implan jantung buatan total, menjadi orang pertama di dunia yang mencapai prestasi tersebut. Keberhasilan ini diumumkan oleh para peneliti dan dokter yang terlibat dalam operasi inovatif tersebut pada Rabu lalu. Menurut mereka, implan jantung yang dikenakan oleh pria berusia 40-an dari New South Wales ini merupakan “keberhasilan klinis yang tidak diragukan lagi” setelah ia menjalani hidup dengan perangkat tersebut sebelum akhirnya menerima transplantasi jantung donor pada awal Maret.
Implan jantung buatan yang digunakan adalah BiVACOR, dirancang oleh Dr. Daniel Timms yang berasal dari Queensland. Alat ini merupakan pompa darah putar implan pertama yang dapat berfungsi sebagai pengganti lengkap jantung manusia. Dengan menggunakan teknologi levitasi magnetik, BiVACOR mampu meniru aliran darah alami dari jantung yang sehat. Kelebihan ini membuat perangkat ini sangat relevan untuk pasien dengan gagal jantung biventrikular stadium akhir, yang umum terjadi akibat berbagai kondisi, termasuk serangan jantung, penyakit jantung koroner, dan diabetes.
Prosedur pemasangan implan tersebut dilakukan di rumah sakit St Vincent di Sydney pada 22 November dan berlangsung selama enam jam di bawah kepemimpinan ahli bedah kardiotoraks dan transplantasi, Paul Jansz. Pasien, yang memilih untuk tidak diungkapkan identitasnya, dapat dipulangkan dari rumah sakit pada bulan Februari setelah mendapatkan implan tersebut. Pada bulan Maret, jantung donor akhirnya tersedia untuk dioperasikan pada pasien tersebut.
Menurut Jansz, menjadi bagian dari tonggak sejarah medis Australia ini adalah sebuah keistimewaan. Ia menyatakan, “Kami telah berupaya untuk mencapai momen ini selama bertahun-tahun dan kami sangat bangga telah menjadi tim pertama di Australia yang melaksanakan prosedur ini.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa langkah yang diambil adalah hasil dari kerja keras tim medis yang berkomitmen untuk memberikan pengobatan terbaik bagi pasien dengan kondisi kritis.
Prof. Chris Hayward, seorang ahli jantung di St Vincent yang terlibat dalam pengamatan terhadap pasien tersebut setelah beberapa minggu di unit perawatan intensif, menegaskan bahwa keberadaan jantung BiVACOR dapat mengubah paradigma pengobatan gagal jantung secara internasional. Sebelumnya, lima implan tersebut telah dilakukan di AS, namun waktu terlama antara pemasangan implan dan transplantasi jantung hanya mencapai 27 hari. Sementara itu, pasien di Australia ini mampu bertahan hidup selama 100 hari, memberikan harapan baru bagi banyak pasien serupa di seluruh dunia.
Implan BiVACOR dirancang tidak hanya sebagai alat sementara untuk mempertahankan kehidupan pasien hingga transplantasi jantung tersedia, tetapi juga memiliki ambisi jangka panjang untuk memungkinkan pengguna hidup dengan perangkat ini selamanya tanpa memerlukan transplantasi. Hal ini menunjukkan potensi inovasi medis yang dapat mengubah cara kita memahami dan menangani gagal jantung di level global.
Secara keseluruhan, pencapaian ini merupakan langkah signifikan dalam dunia kedokteran, memperlihatkan betapa jauh teknologi medis telah berkembang. Harapan bahwa implan jantung buatan dapat menjadi solusi permanen bagi pasien gagal jantung menunjukkan komitmen dan dedikasi para peneliti dan dokter dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kondisi serius. Melalui inovasi ini, diharapkan bahwa semakin banyak kemajuan dalam penelitian dan pengembangan perangkat medis dapat memberikan dorongan bagi pengobatan yang lebih efektif di masa depan.