SpaceX merencanakan untuk meluncurkan roket Starship pada uji coba berikutnya pada hari Senin, sekitar enam minggu setelah insiden yang mengakhiri uji coba sebelumnya. Pada tanggal 16 Januari lalu, tahap atas dari roket itu meledak di atas Samudera Atlantik, mengakibatkan kehilangan komunikasi saat penerbangan berlangsung sekitar delapan menit.
Insiden tersebut menyisakan puing-puing yang jatuh di beberapa bagian kepulauan Turks dan Caicos. Meskipun situasi ini menimbulkan potensi bahaya, otoritas setempat menyatakan tidak ada laporan tentang cedera. Pascaaksi ini, Federal Aviation Administration (FAA) melakukan penyelidikan dan menghentikan peluncuran roket tersebut hingga proses investigasi selesai. Pada hari Jumat lalu, FAA memberikan izin untuk melanjutkan uji coba roket Starship, meskipun penyelidikan resmi masih berlanjut.
Dari hasil penyelidikan internal SpaceX, diduga penyebab utama ledakan adalah kebocoran propelan di bagian yang dikenal sebagai “atap” Starship, terletak di antara dasar tangki oksigen cair dan pelindung panas belakang. Kebocoran ini diduga menyebabkan “kebakaran yang terus menerus” yang akhirnya memicu hampir semua mesin Starship untuk menghentikan operasional secara teratur. Menurut SpaceX, mereka tidak lagi menerima data dari dan tentang Starship lebih dari delapan menit setelah peluncuran, sebelum kendaraan tersebut hancur tiga menit setelahnya.
Sebagai persiapan untuk uji coba yang akan datang, yang merupakan yang kedelapan bagi Starship, perusahaan menyatakan telah melakukan “beberapa perubahan perangkat keras dan operasional” pada tahap atas roket tersebut, meskipun tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai pembaruan ini. Uji coba sebelumnya direncanakan pada hari Jumat, namun mengalami keterlambatan singkat tanpa penjelasan yang jelas.
Salah satu dinamika unik dari SpaceX adalah keterlibatan insinyur mereka dengan FAA. Beberapa laporan menyebutkan bahwa Departemen Efisiensi Pemerintah yang dipimpin oleh CEO SpaceX, Elon Musk, telah mengakses fasilitas FAA dan beberapa insinyur SpaceX bekerja di sana sebagai karyawan pemerintah khusus. Hal ini memunculkan kekhawatiran di kalangan beberapa legislator dan kritikus, seperti Senator Ed Markey dari Massachusetts, mengenai potensi konflik kepentingan.
Dalam uji coba mendatang, jika Starship berhasil diluncurkan sesuai rencana, akan ada upaya untuk melepaskan empat satelit mock Starlink selama penerbangan. Jika berhasil, ini akan menjadi momen bersejarah dengan Starship menjadi kendaraan pertama yang berhasil mengeluarkan muatan. Rencana tersebut juga mencakup tahap pertama roket yang harus kembali ke landasan peluncuran setelah terpisah dari tahap kedua, di mana SpaceX berencana “menangkap” roket tersebut dengan lengan mekanik raksasa di menara peluncuran. Pada uji coba Januari lalu, SpaceX berhasil menyelesaikan bagian ini, yang menghasilkan adanya penilaian bahwa uji coba tersebut adalah keberhasilan sebagian.
Proses penangkapan ini merupakan bagian penting dari tujuan SpaceX untuk menjadikan Starship sebagai sistem roket yang sepenuhnya dapat digunakan kembali. Jika semua berjalan sesuai rencana, tahap atas roket ini direncanakan akan terbang selama sekitar satu jam sebelum mendarat di Samudera Hindia di lepas pantai Australia Barat.
Starship merupakan roket terkuat yang pernah dikembangkan, dengan tinggi sekitar 122 meter. Sistem ini memiliki dua bagian: penguat tahap pertama yang dikenal sebagai Super Heavy dan pesawat luar angkasa sebagai tahap atas. Starship diharapkan memainkan peran penting dalam upaya NASA untuk kembali ke bulan. NASA telah memilih SpaceX untuk membawa astronot ke permukaan bulan dalam misi Artemis III yang direncanakan diluncurkan pada tahun 2027. Musk juga menyatakan bahwa Starship dapat digunakan dalam misi mendatang ke Mars, menandai langkah besar dalam eksplorasi luar angkasa.