Nasa Siap Luncurkan Observatorium Antariksa untuk Peta 450 Juta Galaksi

Sebuah observatorium ruang angkasa baru dari NASA dijadwalkan untuk diluncurkan minggu ini dengan misi ambisius untuk memetakan lebih dari 450 juta galaksi. Misi yang diberi nama SPHEREx (Spectro-Photometer for the History of the Universe, Epoch of Reionization and Ices Explorer) ini bertujuan untuk memetakan langit secara menyeluruh sebanyak empat kali dalam periode dua tahun. Melalui misi ini, para ilmuwan berharap dapat mempelajari bagaimana galaksi terbentuk dan berevolusi, serta memberikan wawasan tentang bagaimana alam semesta tercipta.

Shawn Domagal-Goldman, acting director dari divisi astrofisika di kantor pusat NASA, menjelaskan bahwa misi ini akan menjawab pertanyaan fundamental: “Bagaimana kita sampai di sini?” Penjadwalan peluncuran awalnya direncanakan pada hari Kamis, tetapi NASA mengubahnya menjadi hari Minggu untuk memberikan waktu tambahan bagi tim untuk memproses roket menjelang peluncuran. Namun, peluncuran tersebut kembali ditunda hingga Selasa malam, seiring dengan kebutuhan untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap data perangkat keras kendaraan peluncur.

Jendela peluncuran untuk SPHEREx dibuka pada pukul 10:09 malam ET Selasa dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California. Pesawat luar angkasa berbentuk kerucut ini, bersama dengan empat satelit berukuran koper yang akan diluncurkan pada misi terpisah untuk mempelajari matahari, akan diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon 9.

Misi SPHEREx, yang menghabiskan biaya sekitar $488 juta dan telah dikembangkan selama sekitar satu dekade, dirancang untuk memetakan langit surgawi dalam 102 warna inframerah—lebih banyak daripada misi manapun sebelumnya. Alat-alat inframerah di luar angkasa sangat ideal untuk menembus debu dan gas untuk melihat bintang-bintang dan galaksi terlama di alam semesta, yang sebaliknya akan sulit terlihat. Cahaya inframerah tidak terlihat oleh mata manusia karena panjang gelombangnya lebih panjang dari yang dapat dideteksi oleh penglihatan manusia.

Dengan menggunakan teknik yang disebut spektroskopi, para ilmuwan dapat membagi cahaya inframerah dari bintang dan galaksi menjadi berbagai warna, mirip dengan cara sinar matahari yang mengenai prisma memisahkan menjadi pelangi warna yang terlihat. Spektrum suatu objek dapat mengungkapkan banyak karakteristik berguna, termasuk komposisi, densitas, suhu, dan gerak.

Observatorium SPHEREx akan menggunakan spektrometer untuk survei langit dalam tiga dimensi dan mengukur karakteristik ini di ratusan juta galaksi. Jamie Bock, peneliti utama misi SPHEREx dan profesor fisika di California Institute of Technology, menyatakan bahwa pengamatan ini dapat membuka jawaban tentang pembentukan galaksi dan memungkinkan observatorium untuk menyelidiki asal-usul air dan bahan organik lainnya di galaksi Bima Sakti kita.

“Dengan memisahkan cahaya, kita bisa menggunakan itu untuk menentukan jarak ke galaksi, membangun peta tiga dimensi, dan kita juga melihat jejak air,” imbuh Bock. Menelusuri asal air tidak hanya dapat membantu ilmuwan memahami bagaimana kehidupan berevolusi di Bumi, tetapi juga dapat memberikan petunjuk tentang di mana bahan penting untuk kehidupan mungkin ditemukan di tempat lain di galaksi kita.

Misi SPHEREx juga akan menyelidiki salah satu misteri paling membingungkan dalam astronomi: apa yang terjadi pada momen pertama setelah Big Bang yang menciptakan alam semesta sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Teori yang dikemukakan pada akhir 1970-an dan awal 1980-an mengusulkan bahwa alam semesta mengalami ekspansi yang luar biasa trillion-trillion lipat dalam beberapa pecahan detik setelah Big Bang.

Teori ini, yang dikenal sebagai inflasi kosmik, telah digunakan untuk menjelaskan geometri datar alam semesta dan kurangnya kelengkungan, serta sebagai alasan untuk bagaimana beberapa struktur terbesar di alam semesta—seperti galaksi dan gugus galaksi—terbentuk. Namun, para astronom telah lama berjuang untuk merangkai apa yang mendorong inflasi kosmik atau mengapa itu terjadi di tempat pertama. Misi SPHEREx dapat menguji teori ini dengan cara baru, karena menentukan distribusi tepat dari ratusan juta galaksi akan membantu ilmuwan fokus pada fisika inflasi kosmik dan bagaimana ekspansi yang cepat itu mungkin terjadi.

“APA yang akan dilakukan SPHEREx adalah menguji model-model inflasi tertentu dengan memetakan dalam tiga dimensi ratusan juta galaksi di seluruh langit,” jelas Bock. Domagal-Goldman menambahkan, studi misi SPHEREx tentang galaksi, inflasi kosmik, dan asal-usul alam semesta dapat memajukan pemahaman umat manusia tentang fisika fundamental.

“Kita sangat dianugerahi dalam panjang sejarah keberadaan manusia di planet ini untuk hidup di waktu di mana kita dapat menjawab pertanyaan tentang alam semesta,” ujar Domagal-Goldman.

Exit mobile version