Di sebuah fasilitas penelitian di Livermore, California, para ilmuwan sedang melakukan eksperimen yang memungkinkan manusia untuk menciptakan bintang. Proyek ini, yang dipimpin oleh Tammy Ma dari Inisiatif Energi Fusi di National Ignition Facility (NIF), bertujuan untuk mengembangkan energi fusi, proses yang sama yang memberikan energi pada matahari dan bintang-bintang lainnya. “Setiap kali kami melakukan eksperimen fusi di NIF, kami sebenarnya menciptakan tempat terpanas di seluruh tata surya, bahkan lebih panas dari pusat matahari,” ungkap Ma.
Fasilitas ini menggunakan laser terbesar yang pernah dibangun, dengan kekuatan 1.000 kali lebih besar daripada seluruh jaringan listrik Amerika Serikat. Laser ini bekerja dalam ruang seluas tiga lapangan sepak bola, memfokuskan 192 sinar laser pada pellet bahan bakar kecil, yang diameternya hanya sekitar dua milimeter. Saat sinar laser mengenai pellet tersebut, atom-atom di dalamnya bergabung (fusi) dan melepaskan energi besar dalam proses tersebut. Meskipun pellet yang digunakan sangat kecil, dampak dari energi yang dihasilkan bisa sangat besar.
Proses fusi menggabungkan atom-atom bersama, melepaskan lebih banyak energi dibandingkan fusi, yang memisahkan atom-atom dan menjadi dasar bagi pembangkit listrik nuklir saat ini. Salah satu keunggulan terbesar dari fusi adalah bahwa ia tidak menghasilkan limbah nuklir berbahaya, menjadikannya sebagai sumber energi bersih dan aman yang hampir tidak terbatas. “Energi fusi sepenuhnya bersih. Tidak ada karbon dalam proses ini. Tidak ada limbah nuklir tingkat tinggi. Pembangkit fusi bisa ditempatkan hampir di mana saja,” jelas Ma, menambahkan bahwa ini bisa memenuhi semua kebutuhan energi AS kini dan masa depan.
Setelah enam dekade penelitian, pada tahun 2022, para ilmuwan di NIF akhirnya berhasil mencapai “ignisi”—suatu reaksi yang menghasilkan lebih banyak energi daripada yang dikonsumsi. Keberhasilan ini ditandai sebagai tonggak penting dalam menciptakan pembangkit fusi komersial. Sejak saat itu, mereka telah mencapai ignisi beberapa kali, dan kini upaya sedang difokuskan untuk memproduksi cukup energi untuk secara konsisten menjalankan fasilitas fusi komersial.
Innovasi dalam bidang ini juga datang dari startup seperti Commonwealth Fusion Systems yang berbasis di Boston. CEO dan pendiri perusahaan, Bob Mumgaard, mengatakan bahwa ini adalah awal dari industri baru. “Ini akan membutuhkan waktu dan kerja keras, tetapi kami sedang membangun mesin ini, membeli serta memproduksi komponen-komponennya, dan semuanya bersatu pada saat kebutuhan dunia akan energi bersih sangat mendesak,” tegasnya.
Commonwealth Fusion Systems menggunakan plasma super-panas yang membara pada suhu sekitar 180 juta derajat Fahrenheit, yang ditahan oleh magnet-magnet raksasa yang mereka buat sendiri. Momgaard mengklaim, “Magnet-magnet dalam mesin ini akan menjadi yang terkuat di dunia.” Perusahaan tersebut mengharapkan untuk menyelesaikan reaktor demonstrasi tahun depan dan baru-baru ini mengumumkan rencana pembangunan pembangkit listrik skala penuh yang pertama di Virginia.
Namun, skeptisisme tetap ada. Banyak di antara para kritikus yang menunjukkan bahwa impian energi fusi sering kali digambarkan sebagai “cahaya di ujung terowongan”, selalu 20 hingga 30 tahun di masa depan. Tetapi startup seperti Commonwealth Fusion Systems merasa kali ini berbeda, dengan kemajuan teknologi yang selaras dengan meningkatnya kebutuhan energi bersih.
Energi fusi berpotensi untuk mengubah cara kita memproduksi dan menggunakan energi, serta dapat menjadi solusi untuk tantangan global yang dihadapi, termasuk masalah pangan dan air yang semakin mendesak. Dengan penelitian dan investasi yang terus berkembang di sektor ini, energi fusi menjadi harapan yang semakin nyata untuk masa depan sistem energi dunia yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.