Alibaba China Investasi Rp826 Triliun untuk Kembangkan AI Saingi Eropa dan AS

Alibaba, raksasa teknologi asal China, mengumumkan rencana investasi monumental senilai US$53 miliar atau sekitar Rp826 triliun selama tiga tahun ke depan untuk mengembangkan infrastruktur kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan. Investasi ini mencakup pembangunan pusat data AI generasi baru, pengembangan chip khusus AI bernama Hanguang 900, serta penguatan jaringan komputasi awan yang lebih canggih. Pengumuman ini menandai langkah signifikan Alibaba dalam transisi dari bisnis e-commerce tradisional menuju era baru yang didominasi oleh teknologi AI.

Dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis pada 24 Februari 2025, Alibaba menegaskan bahwa langkah ini sejalan dengan visi perusahaan untuk berperan sebagai mitra utama dalam pengembangan dan penerapan teknologi AI di seluruh dunia. Dengan meningkatnya kebutuhan akan daya komputasi untuk menjalankan berbagai model AI, Alibaba berambisi untuk menjadi pemain utama di ruang ini, bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar dari Eropa dan Amerika Serikat yang selama ini mendominasi pasar teknologi.

Pendekatan ini dilakukan setelah Alibaba mengalami tantangan besar akibat tindakan keras pemerintah Tiongkok terhadap sektor teknologi sejak tahun 2020, yang menyebabkan penurunan dalam bisnis e-commerce mereka. Saat ini, fokus Alibaba beralih untuk memperkuat posisinya dalam industri AI dan komputasi awan, dengan harapan dapat memulihkan kinerja perusahaan yang pernah tertekan.

Pernyataan CEO Alibaba, Eddie Wu, menjelaskan bahwa perhatian utama mereka kini tertuju pada pencapaian Artificial General Intelligence (AGI), yang saat ini menjadi kompetisi ketat di antara para pemain utama seperti OpenAI, Microsoft, dan Google. “Kami percaya bahwa menjalin kolaborasi dengan berbagai lembaga dan perusahaan dalam inovasi AI akan membuka peluang baru dan mempercepat transformasi digital,” ujar Wu.

Persaingan global dalam pengembangan AI semakin menjanjikan dengan hadirnya berbagai rencana investasi besar dari negara-negara lain. Misalnya, Prancis berencana menggelontorkan US$112,5 miliar atau Rp1.830 triliun untuk pengembangan AI pada tahun 2025. Investasi tersebut termasuk rencana pendanaan dari perusahaan Kanada, Brookfield, dan dukungan dari Uni Emirat Arab yang diperkirakan mencapai US$51,52 miliar. Rencana ini menempatkan Prancis sebagai salah satu pemain kunci dalam dunia teknologi AI, seiring dengan upaya pemerintah untuk memicu pertumbuhan di sektor ini.

Sementara itu, Masayoshi Son, pendiri SoftBank Group Corp, juga tidak mau kalah. Di penghujung tahun 2024, Son mengumumkan rencana investasi senilai US$100 miliar di Amerika Serikat untuk pengembangan chip semikonduktor AI. Dengan demikian, upaya Son akan berfokus pada menciptakan chip yang dapat bersaing langsung dengan produk-produk dari perusahaan seperti Nvidia, menandai momen penting dalam persaingan teknologi global.

Dalam konteks ini, investasi Alibaba sebesar Rp826 triliun menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mengikuti jejak pendahulunya serta berupaya merebut kembali posisi terdepan di pasar AI yang semakin kompetitif. Dengan adanya dorongan kuat dalam pengembangan AI dan komputasi awan, Alibaba memiliki potensi untuk memberikan dampak signifikan tidak hanya di China, tetapi juga dalam arena teknologi global.

Langkah strategis ini diharapkan dapat menarik perhatian investor dan mitra global yang ingin terlibat dalam inovasi teknologi. Seiring dengan transformasi digital yang terus berlanjut, Alibaba berambisi untuk menjadi pusat inovasi AI serta menjalin kolaborasi yang bermanfaat dengan berbagai sektor industri. Dalam konteks ini, persaingan dalam bidang AI tidak hanya akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga memberikan peluang bagi inovasi dan peningkatan efisiensi bagi banyak bisnis di seluruh dunia.

Exit mobile version