Sebuah investigasi oleh BBC mengungkapkan bahwa perusahaan energi besar, Shell, telah mengabaikan berbagai peringatan terkait dengan operasi pembersihan minyak yang kontroversial di wilayah Ogoniland, Nigeria. Proyek pembersihan yang dimulai sekitar delapan tahun lalu ini, didanai oleh berbagai perusahaan minyak hingga mencapai $1 miliar, ternyata mengalami sejumlah masalah yang serius, termasuk dugaan korupsi.
Meskipun Shell dan pemerintah Nigeria mengklaim bahwa proyek pembersihan berjalan dengan baik, banyak saksi dan pengamat yang melaporkan sebaliknya. Salah satu sumber yang dekat dengan proyek tersebut menggambarkannya sebagai "penipuan" yang hanya memboroskan uang dan meninggalkan masyarakat Ogoniland terus hidup dengan dampak kerusakan akibat pencemaran minyak. Sudah 13 tahun sejak laporan PBB memuat seriusnya situasi di daerah tersebut.
Beberapa poin penting menarik perhatian dalam laporan ini:
-
Dugaan Korupsi dalam Proyek Pembersihan: Sumber yang memilih untuk tidak disebutkan namanya menyatakan bahwa pembersihan ini hanya dimaksudkan untuk menipu masyarakat Ogoni. Dia menuduh bahwa ini adalah aksi yang dilakukan untuk mengalihkan uang ke kantong politisi dan orang-orang berkuasa lainnya.
-
Sejumlah Masalah yang Teridentifikasi: BBC menemukan bahwa selama proyek berlangsung beberapa masalah muncul, antara lain:
- Kontrak diberikan kepada perusahaan yang tidak memiliki pengalaman relevan.
- Hasil lab yang dipalsukan, dengan tanah dan air yang terkontaminasi dinyatakan bersih.
- Inflasi harga proyek.
- Penghalangan auditor eksternal untuk memverifikasi kualitas pembersihan.
-
Dampak Pencemaran pada Komunitas: Komunitas di Ogoniland mengungkapkan bahwa kebocoran minyak telah menghilangkan akses mereka terhadap air bersih, merusak lahan pertanian, dan menciptakan risiko kesehatan yang serius. Di antara banyaknya testimoni, Grace Audi dari Ogale mengungkapkan bahwa keluarganya hanya memiliki akses ke sumur yang terkontaminasi dan terpaksa membeli air bersih dengan harga tinggi.
-
Pengakuan Shell: Shell merespons bahwa mereka selalu membersihkan dan memperbaiki kerusakan akibat tumpahan yang terjadi dari fasilitas mereka dan menyatakan bahwa banyak tumpahan diakibatkan oleh sabotase dan pencurian. Meski begitu, data menunjukkan bahwa sejak 1958, lebih dari 13 juta barel minyak telah tumpah di Niger Delta dalam lebih dari 7.000 insiden.
- Proses Hukum yang Berlangsung: Saat ini, perwakilan dari dua komunitas di Ogoniland, yang totalnya berjumlah sekitar 50.000 jiwa, bersiap untuk memulai gugatan terhadap Shell di pengadilan tinggi London. Mereka menuntut tanggung jawab atas pencemaran yang terjadi dari 1989 hingga 2020, yang dinilai telah merusak lingkungan mereka secara parah.
Kondisi di Ogoniland sangat memprihatinkan. Menurut laporan PBB, beberapa komunitas di daerah tersebut terpaksa mengkonsumsi air yang terkontaminasi oleh karsinogen dengan tingkat yang lebih dari 900 kali batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi kesehatan penduduk dan mata pencaharian mereka.
Dalam konteks minyak sebagai komoditas penting Nigeria, yang menyumbang 90% dari total ekspor, banyak masyarakat lokal merasa tidak mendapatkan keuntungan apa pun dari kekayaan alam di tanah mereka. Patience Ogboe, salah satu warga, mengaku sejak pencemaran semakin meluas, hasil pertaniannya semakin turun drastis.
Perdebatan mengenai tanggung jawab Shell dan pemerintah Nigeria terkait operasi pembersihan ini mendapatkan perhatian luas, terutama saat perusahaan itu bersiap menjual anak perusahaannya di Nigeria kepada konsorsium lokal dan internasional. Masyarakat Ogoniland mengharapkan ada tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah ini, dan mempertanyakan apakah operator baru akan lebih bertanggung jawab daripada Shell.