
Microsoft merayakan ulang tahun ke-50 pada Jumat lalu dengan sebuah acara di Seattle yang menonjolkan pengembangan kecerdasan buatan (AI) terbarunya. Di tengah gejolak yang disebabkan oleh pengumuman tarif global oleh Presiden Trump, investor mungkin merasa lega karena saham Microsoft berhasil bertahan lebih baik daripada rekan-rekannya di sektor teknologi. Sejak pengumuman tarif, harga saham Microsoft mengalami penurunan sekitar 4,9%, yang relatif kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya seperti Meta, Apple, Amazon, Nvidia, dan Tesla, yang nilai pasarnya merosot antara 10% hingga 15%.
Ada beberapa alasan mengapa Microsoft berhasil menghindari dampak terburuk dari tarif tersebut. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang menjelaskan ketahanan saham Microsoft dalam situasi ini:
Fokus pada Pelanggan Enterprise: Microsoft lebih banyak beroperasi di sektor perangkat lunak untuk bisnis, sehingga memiliki ketahanan lebih terhadap fluktuasi pasar yang disebabkan oleh tarif. Sebagian besar pendapatannya berasal dari kontrak jangka panjang dengan pelanggan enterprise, yang memberikan stabilitas penghasilan. Misalnya, dalam tahun fiskal 2024, segmen cloud Microsoft, termasuk Azure, menyumbang sekitar 43% dari total pendapatan perusahaan.
Minimnya Paparan terhadap Produk Konsumen: Menurut analis, Microsoft tidak berurusan dengan produk fisik dalam jumlah besar, yang membuatnya kurang terpengaruh oleh tarif yang berkaitan dengan barang-barang konsumen. Dengan produk utama seperti konsol permainan Xbox dan beberapa model laptop, proporsi pendapatan dari penjualan hardware Microsoft sangat kecil dan tidak signifikan di laporan keuangannya.
Perlindungan dari Tarif Terbalik: Analis Rishi Jaluria dari RBC Capital Markets menegaskan bahwa meskipun Microsoft tidak kebal terhadap tarif, model bisnisnya yang berfokus pada perangkat lunak memberikan posisi yang lebih baik dalam menghadapinya. Ia menyatakan, "Bahkan jika ada tarif timbal balik, bagaimana Anda akan mengenakan tarif pada layanan perangkat lunak yang tepat?"
Inovasi dalam Kecerdasan Buatan: Microsoft juga berinvestasi besar dalam AI. Daniel Newman, CEO Futurum Group, berpendapat bahwa AI bersifat deflasi, yang berarti dapat mengurangi biaya operasional dengan mengotomatiskan tugas. Dengan investasi di layanan seperti Copilot dan Azure AI, Microsoft berusaha memberikan nilai tambah bagi pelanggan bisnisnya, yang pada gilirannya dapat memelihara permintaan untuk produk dan layanan mereka di masa sulit.
- Risiko pada Perusahaan Lain: Sementara Microsoft berhasil menghindari dampak serius dari tarif, perusahaan lain seperti Apple berisiko tinggi jika harga produk mereka, seperti iPhone, melonjak akibat tarif. Begitu pula Amazon, yang sebagian besar pengadaannya berasal dari China, menghadapi risiko besar terkait tarif.
Namun, meski Microsoft tampak lebih terlindungi, analis tetap mengingatkan akan kemungkinan tantangan di masa depan. Penurunan belanja korporasi oleh pelanggan Microsoft bisa menjadi masalah jika kondisi ekonomi memburuk. Meskipun demikian, banyak layanan yang ditawarkan Microsoft kepada pelanggan enterprise dianggap penting untuk operasional bisnis dan sulit untuk dipotong di saat resesi.
Dengan situasi yang masih berkembang, banyak yang berharap Microsoft terus menjadi pelindung di pasar teknologi. Nilai stabil dan inovasi yang berkelanjutan dalam AI bisa menjadi kunci bagi perusahaan untuk terus tumbuh meskipun dalam iklim ekonomi yang tidak menentu. Sebagai pemain utama dalam industri teknologi, langkah-langkah strategis yang diambil Microsoft akan terus menarik perhatian investor dan analis dalam beberapa bulan mendatang.