
Perbankan di Indonesia menghadapi tantangan dalam memberikan layanan yang optimal di tengah penurunan jumlah mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di industri. Berdasarkan Surveillance Perbankan Indonesia dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah mesin ATM, Cash Deposit Machine (CDM), dan Cash Recycling Machine (CRM) tercatat sebanyak 91.173 unit pada kuartal III tahun 2024. Angka ini menunjukkan penurunan sebanyak 1.656 unit dibandingkan dengan 92.829 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun jumlah ATM yang beroperasi di industri secara keseluruhan mengalami penurunan, beberapa bank tetap berkomitmen untuk menambah keberadaan mesin ATM mereka. Salah satu bank yang membuktikan hal ini adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS). Direktor Utama BSI, Hery Gunardi, menyatakan bahwa perusahaan akan memperluas jangkauan ATM dari 5.000 unit pada tahun lalu. Langkah ini merupakan bagian dari fokus BSI untuk meningkatkan layanan transaction banking, yang menjadi pendorong utama dalam mengumpulkan pendanaan murah.
Selain BSI, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) juga menunjukkan komitmen yang sama dengan menambah unit ATM sepanjang tahun 2024. Hery F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, menjelaskan bahwa ATM masih dianggap sebagai instrumen penting bagi layanan perbankan. Pertumbuhan ini terlihat dari peningkatan jumlah ATM BCA yang mencatat 19.543 unit pada Desember 2024, naik dari 19.047 unit pada Desember 2023. Pengguna mesin ATM BCA dapat melakukan penarikan dan penyetoran tunai 24 jam, menjadikannya pilihan utama bagi masyarakat dalam bertransaksi.
Di sisi lain, bank-bank besar seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) mengambil langkah berbeda dengan mengurangi jumlah mesin ATM. Meskipun terdapat penurunan yang tidak mencolok—hanya 2 unit dari 13.390 unit pada akhir 2023—jumlah ATM BNI masih menunjukkan tren penurunan yang signifikan sejak Desember 2022, di mana jumlahnya mencapai 16.125 unit. BNI kini lebih fokus pada layanan digital, tercermin dari pertumbuhan pengguna aplikasi perbankan wondr by BNI yang telah mencapai 5,3 juta pengguna dengan total nilai transaksi Rp191 triliun dari 195 juta kali transaksi.
Perbedaan strategi ini menggambarkan bagaimana bank-bank di Indonesia beradaptasi di tengah perubahan perilaku nasabah yang semakin mengutamakan layanan digital. Meski BSI dan BCA masih percaya akan pentingnya mesin ATM, BNI dan bank besar lainnya menunjukkan transisi berani menuju pelayanan berbasis digital.
Data dari Bank Indonesia (BI) juga menyokong pandangan ini, dengan mencatat bahwa nilai transaksi melalui ATM pada November 2024 mengalami penurunan sebesar 14,52% secara tahunan, dari Rp628,02 triliun menjadi Rp536,8 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna mulai beralih ke solusi digital dalam melakukan transaksi, yang bergerak seiring dengan perkembangan teknologi informasi.
Dengan berbagai pendekatan tersebut, bank-bank harus terus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Baik dengan menambah jaringan ATM ataupun dengan berfokus pada transformasi digital, masing-masing bank memiliki strategi sesuai dengan visi dan misi mereka. Keduanya menunjukkan bahwa meskipun jumlah ATM di industri menurun, kebutuhan dan pilihan nasabah tetap harus menjadi perhatian utama dalam menyediakan layanan yang lebih baik.