Prestasi bulu tangkis Indonesia di awal tahun 2025 menjadi sorotan dan menuai kritik setelah hanya mampu meraih satu gelar dari empat turnamen. Hal ini dapat dianggap sebagai "rapor merah" bagi para pebulutangkis Tanah Air yang berjuang di panggung internasional. Dalam kalender Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), empat turnamen yang berlangsung di awal tahun ini antara lain HSBC BWF World Tour Super 1000 Malaysia Open, Super 750 India Open, Super 500 Indonesia Masters, dan Super 300 Thailand Masters.
Pada turnamen pembuka, Malaysia Open yang dihelat antara 7 hingga 12 Januari, Indonesia mengutus sembilan wakil, termasuk pebulu tangkis elite seperti Jonatan Christie dan Gregoria Mariska Tunjung. Namun, hasilnya sangat mengecewakan karena tak satu pun wakil yang mampu melangkah ke semifinal. Pencapaian terbaik hanya diraih oleh Putri Kusuma Wardani dan pasangan ganda putri Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti yang terhenti di perempat final.
Setelah Malaysia Open, Indonesia melanjutkan perjalanan ke turnamen Super 750 India Open pada 14 hingga 19 Januari. Dalam kompetisi ini, meskipun terdapat harapan dari Jonatan Christie dan Gregoria Mariska Tunjung yang berhasil mencapai semifinal, hasil akhir masih nihil gelar. Terukirnya hasil serupa pada turnamen Indonesia Masters yang berlangsung di Tanah Air menjadi pukulan psikologis bagi fans, di mana Jonatan Christie dan pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto hanya mampu menjadi runner-up setelah kalah di final.
Berikut adalah ringkasan hasil pencapaian Indonesia di empat turnamen awal tahun 2025:
- Malaysia Open: Tidak ada wakil yang mencapai semifinal.
- India Open: Jonatan Christie dan Gregoria Mariska Tunjung hingga semifinal.
- Indonesia Masters: Jonatan Christie dan Fajar/Rian menjadi runner-up.
- Thailand Masters: Ganda putri Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti meraih juara.
Akibat dari performa buruk ini, Indonesia pun mengalami krisis motivasi, terutama setelah Jonatan Christie kalah di final Indonesia Masters dengan skor 21-18, 17-21, 18-21, melawan Kunlavut Vitidsarn dari Thailand. Situasi serupa juga terjadi di final ganda putra di mana Fajar/Rian tidak dapat mengatasi pasangan Malaysia, Man Wei Chong/Tee Kai Wun.
Namun, terdapat kabar baik setelah kegagalan berturut-turut itu. Akhirnya, pada Thailand Masters yang berlangsung dari 31 Januari hingga 4 Februari, Indonesia meraih gelar perdana melalui ganda putri Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Mereka tampil brilian dengan mengalahkan pasangan tuan rumah, Laksika Kanlaha/Phataimas Muenwong dengan poin akhir 15-21, 21-13, 21-8.
Dengan satu gelar yang diperoleh, Indonesia kini tertinggal jauh di belakang negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Thailand yang masing-masing meraih lima gelar. Jepang mengantongi tiga gelar, sementara China dan Malaysia masing-masing memperoleh dua gelar.
Keberhasilan di Thailand Masters ini diharapkan dapat memberikan semangat bagi pebulutangkis Indonesia untuk menghadapi turnamen-turnamen berikutnya yang masih menanti. Salah satunya adalah Badminton Asia Mixed Team Championship yang akan digelar di China pada 11-16 Februari. Selanjutnya, para pemain akan bersiap untuk tur Eropa dengan mengikuti serangkaian turnamen di bulan Maret.
Di tengah hasil yang kurang menggembirakan, upaya evaluasi dari Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) belum terdengar resmi. Namun, dengan 25 turnamen perseorangan yang tersisa, kerja keras dan fokus pada latihan sangat dibutuhkan untuk meraih hasil yang lebih baik di sisa musim ini. Keberhasilan di Thailand Masters dapat menjadi titik awal untuk membangun kembali kepercayaan dan motivasi dalam perjalanan panjang yang harus dilalui oleh bulu tangkis Indonesia.