Raksasa Teknologi Terpesona Oleh Quantum Computer: Kenyataannya?

Raksasa teknologi seperti Microsoft, Amazon, dan Google baru-baru ini telah memunculkan prototipe baru untuk chip komputer kuantum. Meskipun pengumuman ini menimbulkan antusiasme di kalangan investor dan pelaku industri, sejumlah ilmuwan tetap skeptis terhadap klaim bahwa kemajuan di bidang ini sudah sejalan dengan harapan perusahaan-perusahaan tersebut. Menurut mereka, masih banyak tantangan yang harus diatasi sebelum teknologi ini dapat digunakan secara luas.

Microsoft mengumumkan chip kuantum terbarunya, Majorana 1, yang dikatakan sebagai sebuah terobosan dalam upaya mengembangkan komputer kuantum yang lebih efisien. Di sisi lain, Amazon Web Services memperkenalkan chip Ocelot, yang diklaim mampu mengatasi masalah pengoreksian kesalahan dan skalabilitas, dua isu utama yang selama ini menghambat kemajuan dalam bidang komputer kuantum. Google pun tidak ketinggalan dengan memperkenalkan chip Willow yang bisa menjalankan perhitungan standar dalam waktu kurang dari lima menit, suatu hal yang akan memakan waktu 10 septillion tahun untuk superkomputer tercepat saat ini.

Namun, banyak ilmuwan berpendapat bahwa meskipun ada pengumuman penting dari raksasa teknologi ini, kemajuan dalam bidang komputer kuantum masih sangat terbatas. Virginia Lorenz, seorang profesor fisika di University of Illinois, menyebutkan bahwa berbagai hambatan teknis masih harus dihadapi untuk menciptakan komputer kuantum yang benar-benar relevan bagi masyarakat luas. Dia mengatakan, "Leluconnya adalah, itu selalu 25 tahun lagi." Lorenz menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih beragam dalam menyelesaikan masalah yang ada, bukan hanya mengandalkan satu metode.

Berikut beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan komputer kuantum:

  1. Skalabilitas: Membangun sistem kuantum yang dapat menangani sejumlah besar qubit (unit informasi dalam komputer kuantum) menjadi tantangan tersendiri. Saat ini, perlunya isolasi yang ekstrem dan kondisi tertentu membuat skalabilitas menjadi sulit dicapai.

  2. Pengoreksian Kesalahan: Dalam komputer kuantum, kesalahan dapat terjadi dengan mudah akibat fluktuasi lingkungan. Oleh karena itu, mengembangkan metode pengoreksian kesalahan yang efektif adalah kunci untuk mencapai komputer kuantum yang dapat diandalkan.

  3. Perbedaan Definisi Terobosan: Banyak perusahaan berusaha menggambarkan kemajuan mereka sebagai terobosan besar, namun ada perbedaan antara apa yang mereka klaim dan apa yang diyakini oleh komunitas ilmiah. Pengawasan dari jurnal ilmiah yang terkemuka masih menjadi jalan untuk memperoleh validasi dari klaim-klaim tersebut.

Pada awal Februari, Google menyatakan ketertarikan mereka untuk meluncurkan aplikasi komersial komputer kuantum dalam waktu lima tahun ke depan, meskipun banyak yang meragukan kemampuan teknologi tersebut untuk segera hadir. Spesialis kuantum menekankan bahwa meskipun ada kemajuan yang terlihat, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum komputer kuantum bisa berfungsi secara praktis.

Beberapa skeptis, seperti CEO Nvidia, Jensen Huang, serta Oskar Painter dari AWS, memperkirakan bahwa kita mungkin baru akan melihat komputer kuantum yang "sangat berguna" dalam waktu 20 tahun. Painter berkomentar, "Saya yakin bahwa dalam waktu antara 10 hingga 20 tahun, kita akan memiliki komputer kuantum yang praktis dan berguna."

Dalam dunia penelitian, bahkan Microsoft pun pernah kali gagal dalam klaim di masa lalu. Dua makalah yang dipublikasikan di jurnal Nature pada tahun 2017 dan 2018 oleh peneliti yang didukung Microsoft telah ditarik kembali karena kesalahan dalam data. Meskipun demikian, Microsoft tetap berkomitmen untuk melakukan penelitian terbuka dan mengatasi keraguan yang muncul.

Meskipun ada banyak tantangan yang perlu diatasi, pengumuman terbaru dari perusahaan-perusahaan teknologi besar menunjukkan bahwa ketertarikan akan komputasi kuantum sedang meningkat. Lorenz menyatakan, "Ini adalah siklus yang menguntungkan, karena lebih banyak pendanaan berarti lebih banyak minat, lebih banyak kapabilitas, dan lebih banyak janji untuk masa depan." Situasi ini mendorong para peneliti untuk terus berinovasi meskipun solusi langsung mungkin masih beberapa tahun lagi.

Berita Terkait

Back to top button