
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, khususnya dalam aspek teknologi dan regulasi. Hal ini menjadi perhatian penting karena meskipun tingkat kesadaran masyarakat tentang AI cukup tinggi, pemahaman mereka terkait teknologi ini masih terbatas. Gundy Cahyadi, Direktur Riset Katadata Insight Center (KIC), menyatakan bahwa mayoritas masyarakat optimis tentang masa depan AI di Indonesia. Namun, tantangan yang ada perlu ditangani agar pengembangan AI dapat berjalan optimal.
Hasil studi KIC menunjukkan bahwa pergeseran paradigma dalam pengembangan teknologi ini dapat memberikan peluang strategis bagi Indonesia. Menurut Gundy, keterlambatan yang dialami Indonesia dalam pengembangan AI dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk belajar dari pengalaman negara-negara lain. Dengan cara ini, Indonesia dapat merumuskan strategi dan regulasi yang lebih terarah dan efektif. Dalam sebuah siaran pers, dia menekankan pentingnya diskusi, kebijakan, dan inisiatif untuk mendorong pengembangan AI yang inklusif dan berkelanjutan.
KIC mencatat beberapa faktor yang mendukung Indonesia dalam memanfaatkan potensi AI, antara lain:
- Populasi Usia Produktif: Indonesia memiliki populasi usia produktif yang cukup besar dan cakap di bidang digital.
- Lanskap Digital yang Dinamis: Perkembangan infrastruktur digital yang pesat memungkinkan adopsi dan integrasi teknologi baru.
- Posisi Ekonomi: Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki daya saing yang signifikan untuk mengembangkan sektor AI.
Oleh karena itu, Gundy menekankan bahwa ekosistem digital Indonesia perlu aktif untuk berkontribusi terhadap perkembangan AI secara global. Rekomendasi dari KIC juga menyarankan agar Indonesia mulai membangun dan mengembangkan teknologi AI secara mandiri. Melalui usaha ini, diharapkan kemampuan teknologi akan menjadi daya dorong yang signifikan bagi pembangunan nasional, menggali potensi pertumbuhan ekonomi, serta memperkuat industri digital.
Pada tahun 2023, perkembangan AI dinilai memasuki fase penting, terutama dengan maraknya penerapan AI generatif yang mulai meluas. Aplikasi seperti ChatGPT telah memberikan akses luas ke teknologi AI bagi masyarakat, yang pada gilirannya mendorong mereka untuk mulai mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi ini diharapkan dapat menjadi pendorong utama dalam transformasi digital dan meningkatkan efisiensi, produktivitas, serta inovasi di berbagai sektor.
Namun, tantangan regulasi tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan. Dalam banyak kasus, regulasi yang kurang jelas atau belum ada dapat menghambat inovasi dan adopsi teknologi dengan risiko yang menyertainya. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan kerangka regulasi yang mendukung pertumbuhan AI tanpa mengesampingkan aspek keamanan dan etika.
Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya diharapkan dapat bekerjasama untuk mengimplementasikan kebijakan yang mendorong pengembangan dan penggunaan AI yang bertanggung jawab. Upaya ini akan menjadi langkah penting agar Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga dapat menjadi pelaku aktif dalam pengembangan AI tingkat global.
Sebagai langkah proaktif, berbagai inisiatif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat mengenai AI juga diperlukan. Pelatihan, edukasi, dan akses kepada sumber daya teknologi menjadi kunci untuk mendorong adopsi yang lebih luas. Dengan dasar yang kuat, ekosistem AI di Indonesia dapat tumbuh dan berkontribusi lebih besar bagi perekonomian dan masyarakat di masa depan.