
Empati adalah sebuah keadaan mental yang memungkinkan seseorang merasakan pikiran, perasaan, atau keadaan yang sama dengan orang lain. Istilah ini sering kali disamakan dengan simpati, padahal keduanya mempunyai makna yang berbeda. Memahami empati dengan baik sangat penting untuk membangun interaksi dan hubungan yang sehat dengan sesama. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian, ciri-ciri, faktor, dan fakta empati.
A. Pengertian Empati
Empati diambil dari kata Yunani "Empatheia", yang berarti ‘ikut merasakan’. Dalam istilah psikologi, empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan keadaan emosi orang lain. Menurut Chaplin, empati merupakan kemampuan untuk memproyeksikan perasaan pribadi pada suatu kejadian atau individu lain, serta pengertian terhadap kebutuhan dan penderitaan mereka. Kemampuan ini penting dalam membangun hubungan sosial dan berkontribusi terhadap perkembangan emosional individu.
B. Sejarah Empati
Istilah empati pertama kali diperkenalkan oleh E. B. Titchener, seorang psikolog asal Amerika. Titchener menggunakan konsep "mimikri motor", yang merujuk pada peniruan secara fisik untuk merasakan perasaan orang lain. Konsep ini menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial saling terhubung dan saling membutuhkan. Sejarah ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami perspektif orang lain dalam interaksi sehari-hari.
C. Definisi Empati Menurut Para Ahli
- M. Umar dan Ahmadi Ali: Empati adalah kecenderungan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain seolah-olah kita berada di posisi mereka.
- Patton: Menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain sehingga bisa memahami perasaan mereka adalah proses yang tidak selalu mudah, tetapi sangat penting.
- Chaplin: Menyatakan bahwa empati dapat memproyeksikan perasaan diri pada objek atau orang lain, serta memberi pemahaman terhadap penderitaan individu lain.
- Al Barry dan Partanto: Menjelaskan empati sebagai aktifnya otot-otot atau perasaan saat kita berhadapan dengan orang lain, di mana kita kemudian respon terhadap mereka.
- E. B. Titchener: Mengartikan empati sebagai perasaan yang muncul melalui peniruan fisik.
D. Perkembangan Empati
Empati berkembang seiring dengan pertumbuhan individu.
- Empati Emosi: Pada usia nol hingga satu tahun, bayi menunjukkan respons emosional dengan menangis ketika mendengar bayi lain menangis.
- Empati Egosentrik: Pada usia balita, anak mulai memahami bahwa kesedihan orang lain bukan miliknya, meskipun mereka masih mencoba membantu.
- Empati Kognitif: Di usia enam tahun, anak mulai melihat dari perspektif orang lain tanpa membutuhkan komunikasi emosional seperti menangis.
- Empati Abstrak: Pada usia 10-12 tahun, anak mulai menunjukkan empati terhadap orang yang tidak dikenal.
E. Ciri-Ciri Empati
- Kemampuan Memahami Orang Lain: Individu yang berempati mampu merasakan dan memahami emosi orang lain.
- Memahami Bahasa Isyarat: Mereka dapat membaca emosi melalui gerakan tubuh dan intonasi suara.
- Peran yang Dilakukan: Empati nyata dalam tindakan; individu cenderung untuk membantu ketika merasakan kesedihan orang lain.
- Memahami Diri Sendiri: Mereka yang sadar akan emosi diri akan lebih mampu berempati.
- Tidak Berarti Larut Dalam Masalah Orang Lain: Meskipun dapat memahami perasaan, individu tidak larut dalam masalah yang dihadapi orang lain.
F. Faktor Empati Menurut Siwi (1992)
- Pola Asuh: Lingkungan keluarga yang mendukung pembelajaran empati berperan besar dalam perkembangan anak.
- Kepribadian: Individu introvert memiliki kepekaan yang lebih tinggi dan cenderung lebih empatik.
- Usia dan Derajat Kematangan: Seiring bertambahnya usia, seseorang biasanya menjadi lebih empatik.
- Sosialisasi: Interaksi sosial yang baik di lingkungan sekitar dapat meningkatkan rasa empati.
G. Manfaat Empati
- Disukai Orang Sekitar: Empati menimbulkan aura positif, sehingga individu lebih disukai oleh orang lain.
- Menjauhkan Diri Dari Sikap Egois: Dengan berempati, seseorang dapat menghindari rasa iri dan merugikan diri sendiri.
- Memperoleh Kebaikan: Tindakan peduli dan membantu sesama akan dibalas dengan kebaikan.
H. Contoh Empati
Berbagai tindakan sehari-hari mengungkapkan empati, seperti menghibur teman yang sedih atau membantu mereka yang membutuhkan. Memberikan dukungan pada teman saat mengalami kesulitan merupakan bentuk nyata dari sikap empati.
I. Ciri-Ciri Orang Berempati Tinggi
- Mempunyai Sensitivitas Tinggi: Selalu siap membantu dan mendengarkan ketika ada orang lain yang mengalami kesedihan atau kebahagiaan.
- Memiliki Intuisi Tinggi: Merasa dan dapat memahami emosi orang lain.
- Cenderung Menyendiri: Sering kali lebih memilih waktu untuk diri sendiri untuk mengisi ulang energi emosional.
- Mengambil Peran: Secara alami cenderung peserta aktif dalam membantu orang lain ketika dibutuhkan.
- Kontrol Emosi: Mampu membedakan perasaan pribadi dari emosi orang lain dan tidak terjebak dalam perasaan negatif.
J. Cara Membangun Empati
- Belajar Lebih Peka: Meningkatkan kepekaan terhadap emosi orang lain.
- Jangan Tinggi Hati: Sikap rendah hati akan mendorong rasa empati.
- Bayangkan Jika Diri Menjadi Orang Lain: Menghadirkan perspektif orang lain dalam merasakan kesedihan ataupun kebahagiaannya.
- Menerima Perbedaan: Menghargai perbedaan dalam diri orang lain.
- Bertemanlah Dengan Siapa Saja: Banyak interaksi dengan orang lain membantu mengembangkan empati.
- Jangan Menghakimi: Berusaha untuk memahami daripada langsung menghakimi.
K. Tips Untuk Menjadi Pendengar Yang Baik (Active Listening)
Active listening adalah keterampilan penting dalam berempati. Ini melibatkan perhatian penuh pada pembicara, mengulangi informasi untuk memastikan pemahaman, serta menahan diri dari memberi saran atau penilaian secara prematur. Melalui keterampilan ini, orang lain merasa lebih nyaman dan didengarkan.
Empati bukan hanya tentang merasakan atau memahami perasaan orang lain, tetapi juga melibatkan tindakan nyata untuk mendukung mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap empati menjadi esensial untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan saling mendukung dalam komunitas. Merawat perasaan orang lain sama halnya dengan merawat diri sendiri dalam membangun komunikasi yang baik. Setiap individu dapat berperan dalam menciptakan lingkungan yang empatik, menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.