Pemimpin PBB: Gaza ‘Lahan Pembunuhan’, Dunia Diminta Bertindak!

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menggambarkan situasi di Gaza sebagai “ladang pembunuhan” di mana warga sipil terjebak dalam “lingkaran kematian yang tak berujung.” Pernyataan ini disampaikan pada hari Selasa, setelah pemimpin enam lembaga PBB mendesak para pemimpin dunia untuk bertindak segera agar bantuan pangan dan pasokan lainnya dapat mencapai warga Palestina di wilayah yang diblokade Israel tersebut.

Guterres menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan semakin menipis dan menggambarkan kondisi di Gaza yang semakin memburuk, di mana Israel dilaporkan memblokir semua barang dan melanjutkan serangan terhadap Hamas. “Saat ini, pangan dan pasokan medis sangat dibutuhkan,” ujar Guterres, menambahkan bahwa Israel, sebagai kekuatan pendudukan, memiliki kewajiban sesuai dengan hukum internasional untuk memastikan akses pasokan untuk penduduk.

Menurut data yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 1,449 orang Palestina telah tewas akibat serangan yang diperbaharui sejak 18 Maret. Sementara itu, militer Israel menyatakan bahwa mereka tidak sengaja menargetkan warga sipil dalam serangan tersebut. Meski demikian, Guterres menunjukkan bahwa jalan yang diambil saat ini adalah jalan buntu dan tidak dapat diterima oleh hukum internasional maupun sejarah.

Lembaga-lembaga PBB, termasuk OCHA, UNICEF, WFP, WHO, UNRWA, dan UNOPS, dalam pernyataan bersama mereka menyatakan bahwa warga Gaza “terjebak, dibom, dan kelaparan.” Dalam periode gencatan senjata yang terakhir, mereka melaporkan bahwa lebih dari 25.000 truk bantuan telah masuk ke Gaza. Namun demikian, situasi masih sangat kritis, dengan pasar kosong dari sebagian besar sayuran segar dan rumah sakit mengalami kekurangan obat-obatan esensial.

Di tengah pernyataan Guterres dan seruan dari lembaga-lembaga PBB, kementerian luar negeri Israel membantah adanya kekurangan bantuan di Gaza. Oren Marmorstein, juru bicara kementerian, mengatakan, “Seperti biasa, Anda tidak membiarkan fakta mengganggu ketika menyebarkan fitnah terhadap Israel,” sambil mengklaim bahwa “tidak ada kekurangan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.”

Sementara itu, saat konflik berlanjut, jumlah korban terus meningkat. Pada hari Selasa, kementerian kesehatan yang dikelola Hamas melaporkan bahwa sedikitnya 58 orang telah tewas dalam 24 jam terakhir. Di antara yang tewas adalah anak-anak dan jurnalis yang melaporkan dari lapangan. Jurnalis Paletina, Ahmed Mansour, meninggal akibat luka bakar parah setelah serangan Israel menargetkan tenda media di Khan Younis.

Pada 7 Oktober 2023, konflik ini dipicu oleh serangan mendadak Hamas ke Israel yang menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya diculik sebagai sandera. Sejak saat itu, lebih dari 50,810 orang Palestina dilaporkan telah kehilangan nyawa akibat ofensif Israel yang sedang berlangsung.

Dalam kondisi yang semakin memburuk ini, lembaga-lembaga internasional mendesak agar tindakan segera diambil oleh pemimpin dunia. Mereka menyerukan agar prinsip-prinsip dasar hukum kemanusiaan internasional ditegakkan, di antaranya melindungi warga sipil, memfasilitasi bantuan, membebaskan sandera, serta memperbarui gencatan senjata. Dengan tensi yang terus meningkat, dunia menyaksikan dengan cemas akankah ada langkah nyata untuk menghentikan penderitaan yang berkepanjangan di Gaza.

Berita Terkait

Back to top button