Pemanis Buatan dalam Minuman Diet Ternyata Timbulkan Nafsu Makan!

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa konsumsi pemanis buatan, khususnya sucralose, yang terdapat dalam minuman diet dapat memicu perubahan pada otak yang meningkatkan nafsu makan. Temuan ini berpotensi mengubah pandangan masyarakat mengenai penggunaan pemanis tidak kalori dalam usaha penurunan berat badan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah memperingatkan bahwa penggantian gula dengan pemanis non-gula tidak efektif untuk pengendalian berat badan jangka panjang. "Mengganti gula bebas dengan pemanis non-gula tidak membantu orang mengendalikan berat badan mereka dalam jangka panjang," ujar Dr. Francesco Branca, Direktur Departemen Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO, pada Mei 2023.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Katie Page dari Universitas Southern California menunjukkan bahwa sucralose dapat mengaktifkan area otak yang mengatur rasa lapar, bahkan dapat meningkatkan nafsu makan hingga hampir 20% dibandingkan dengan gula meja. "Sucralose mengaktifkan area di otak yang mengatur rasa lapar, dan aktivasi ini terkait dengan peningkatan tingkat rasa lapar," kata Page.

Berikut adalah beberapa hal yang ditemukan dalam penelitian ini:

  1. Peningkatan Rasa Lapar: Partisipan yang mengonsumsi air dengan sucralose melaporkan peningkatan nafsu makan hampir 17%.
  2. Dampak terhadap Pengambilan Keputusan: Penelitian menunjukkan bahwa sucralose memengaruhi koneksi otak yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, termasuk antara hipotalamus dan korteks anterior cingulate.
  3. Tidak Ada Sinyal Rasa Kenyang: Sucralose tidak memengaruhi hormon yang memberi sinyal kepada otak bahwa kita sudah kenyang, sehingga tidak ada sinyal kenyang saat mengonsumsi minuman tersebut.

Dalam studi ini, sebanyak 75 orang diminta untuk mengkonsumsi satu dari tiga jenis minuman: air biasa, air manis dengan gula, dan air manis dengan sucralose. Para peneliti melakukan pemindaian otak dengan menggunakan fMRI untuk menangkap aktivitas di berbagai bagian otak setelah partisipan mengonsumsi minuman tersebut.

Sucralose, yang dikenal sebagai E955 di Eropa, adalah bahan utama dalam produk pengganti gula seperti Splenda. Sementara itu, studi ini hanya meneliti efek sucralose dan tidak termasuk pemanis buatan lain seperti aspartame dan acesulfame-K.

Dr. David Katz, seorang spesialis dalam kedokteran pencegahan, menyatakan bahwa penelitian ini memiliki kualitas yang sangat baik dan memberikan bukti bahwa pemanis tidak kalori seperti sucralose dapat mengganggu regulasi nafsu makan secara normal. "Penelitian ini menjadikan kasus yang kuat bahwa pemanis non-kalori, khususnya sucralose, mengganggu regulasi normal nafsu makan dengan cara yang bisa berdampak negatif pada pengendalian berat badan dan kesehatan," kata Katz.

Selain itu, ada saran dari ahli kesehatan bahwa pemanis satu ini dapat membingungkan otak dengan memberikan sinyal manis tanpa kalori yang dibutuhkan. "Ketika kalori yang dijanjikan tidak datang, otak dapat mengeluarkan sinyal untuk makan lebih banyak," jelas Page.

Meski begitu, panduan tentang penggunaan pemanis buatan tetap rumit. Sementara American Diabetes Association merekomendasikan pemanis tidak kalori untuk orang dengan diabetes dan resistensi insulin, dokter Page menekankan agar pasien tidak terlalu bergantung pada pemanis non-kalori. Dia menganjurkan untuk mengurangi asupan pemanis secara keseluruhan.

Sementara itu, Katz menyarankan agar orang-orang melakukan "rehabilitasi" pada indera perasa mereka untuk mengurangi penggunaan gula. "Diet yang benar-benar menyeluruh tidak memiliki banyak tambahan gula, dan dengan demikian tidak perlu menggantinya dengan sucralose atau senyawa terkait lainnya," kata Katz.

Dalam perjalanan mengurangi asupan gula, penting untuk memperhatikan sumber gula yang tersembunyi dalam makanan sehari-hari seperti saus salad, saus pasta, dan bahkan keripik asin. Mengurangi sumber gula tidak hanya memberikan manfaat bagi kesehatan, tetapi juga dapat mengubah cara seseorang mencicipi makanan sehari-hari.

Berita Terkait

Back to top button