
Tuduhan penyalahgunaan kekuasaan di tengah upaya memberantas korupsi semakin mencuat ketika pejabat tinggi Garda Revolusi Iran dituduh mencuri sekitar $21 juta dalam bentuk cryptocurrency. Aksi pencurian ini diduga terjadi saat mereka menyelidiki kasus korupsi terkait Cryptoland, sebuah bursa digital yang ditutup setelah CEO-nya, Sina Estavi, ditangkap pada Mei 2021.
Data dari penyelidikan menunjukkan bahwa enam milyar token BRG yang diciptakan oleh Estavi ditransfer dari dompet cryptocurrency-nya hanya sehari setelah penangkapannya. Tokoh-tokoh yang diduga terlibat dalam pencurian ini adalah Mehdi Hajipour dan Mehdi Badi, dua penyidik senior dari cabang ekonomi Garda Revolusi. Sebuah laporan dari pakar yang ditunjuk pengadilan mengonfirmasi bahwa dompet yang dikelola Hajipour telah menjual token BRG senilai lebih dari $21 juta.
Kasus ini semakin rumit ketika pada Maret 2022, Hajipour ditangkap oleh agen kontraintelijen Garda Revolusi dalam operasi penyergapan saat ia menerima pembayaran $10,000 dari Estavi, yang mengira dia membeli kembali token yang dicuri dari pihak ketiga. Insiden ini menunjukkan betapa rumitnya konflik antara usaha yang sah untuk menegakkan hukum dengan tumbuhnya elemen korupsi di dalam struktur pemerintahan.
Garda Revolusi Iran memiliki peran penting dalam menjaga keamanan rejim Iran dari ancaman internal dan eksternal. Namun, tuduhan ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap institusi tersebut, terutama dalam konteks ketidakpastian ekonomi yang melanda negara itu akibat sanksi internasional yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat.
Penting untuk dicatat bahwa Iran telah mengumumkan kerangka regulasi cryptocurrency pada tahun lalu sebagai upaya untuk mengurangi dampak sanksi yang melemahkan ekonominya. Inisiatif ini bertujuan untuk “menghilangkan dampak negatif sambil memanfaatkan efek positif” dari mata uang digital, serta menyesuaikan aktivitas ekonomi Iran dengan perkembangan global.
Namun, menurut laporan penelitian yang diterbitkan oleh firma analisis blockchain Chainalysis, aliran keluar cryptocurrency dari bursa-bursa Iran, termasuk Bitcoin, meningkat selama masa ketegangan geopolitik yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa warga Iran menggunakan aset digital sebagai pelindung terhadap ketidakpastian ekonomi, memperkuat peran cryptocurrency dalam perekonomian yang semakin terisolasi.
Kisah pencurian oleh pejabat Garda Revolusi ini memperlihatkan betapa rentannya sistem yang ada, di mana tindakan korupsi dapat merusak niat baik pemerintah untuk mengatur dan memanfaatkan teknologi baru seperti cryptocurrency. Persoalan ini bukan hanya tentang kehilangan dana publik, tetapi juga tentang kepercayaan masyarakat terhadap institusi dan kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah.
Sepanjang berlangsungnya penyelidikan ini, reaksi publik di Iran menunjukkan keprihatinan yang mendalam tentang moralitas dan integritas aparat penegak hukum. APakah ini menandakan bahwa tindakan korupsi ini merupakan bagian dari budaya yang lebih besar di dalam struktur pemerintahan? Pertanyaan ini tentunya akan terus menjadi fokus perhatian, apalagi ketika publik semakin kritis terhadap ketidakadilan yang terjadi.
Di tengah situasi yang tidak menentu ini, Garda Revolusi belum memberikan komentar resmi terkait tuduhan ini. Dengan meningkatnya transparansi dalam bidang cryptocurrency, masyarakat tetap berharap agar kasus ini dapat diselesaikan dengan adil, memperlihatkan bahwa tidak ada seorang pun, termasuk aparat penegak hukum, di atas hukum.