
Laporan keuangan merupakan salah satu alat vital bagi perusahaan dalam menyampaikan kondisi dan kinerja keuangan mereka. Namun, skandal laporan keuangan yang terungkap belakangan ini telah menciptakan ketidakpercayaan di kalangan investor. Kasus-kasus seperti manipulasi laporan keuangan oleh PT Indofarma, PT Hanson, serta sejumlah perusahaan lainnya, telah menghancurkan reputasi bisnis dan berdampak besar pada masyarakat. Menyikapi masalah ini, kita perlu mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan laporan keuangan yang berintegritas, khususnya di sektor perbankan.
Pertama, penting untuk memahami bahwa laporan keuangan yang baik harus dapat diandalkan, akurat, dan memenuhi standar akuntansi yang berlaku. Namun, niat untuk melakukan fraud sering kali menghantui banyak perusahaan. Dalam situasi ini, peran berbagai pihak sangatlah krusial. Pemegang saham, komisaris, direksi, dan semua karyawan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kualitas informasi yang disampaikan. Pengendalian internal juga harus diperkuat untuk mencegah terjadinya manipulasi informasi.
Salah satu langkah yang diambil oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah penerapan Peraturan OJK No. 15/2024 mengenai integritas pelaporan keuangan bank. Aturan ini secara jelas menekankan pentingnya tata kelola yang baik dalam pemrosesan laporan keuangan, serta adanya sanksi bagi pihak-pihak yang gagal mematuhi regulasi tersebut. Sanksi ini tidak hanya bersifat administratif tetapi juga finansial, dan diterapkan pada semua pelanggar, termasuk pemegang saham pengendali, komisaris, dan eksekutif bank.
Kedua, bank perlu memperkuat pengendalian internal dalam proses pembuatan laporan keuangan. Hal ini berarti laporan yang disajikan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan memenuhi standar akuntansi yang berlaku. Tanpa pengendalian yang memadai, risiko manipulasi informasi akan lebih besar, yang pada akhirnya akan merugikan semua pihak, dari investor hingga nasabah.
Ketiga, tantangan yang dihadapi sektor perbankan saat ini tidak bisa dianggap remeh. Geopolitik global yang bergejolak, tekanan inflasi, dan volatilitas suku bunga memperburuk situasi. Bank harus mempertimbangkan semua faktor ini saat merencanakan strategi bisnis mereka. Selain itu, dengan adanya regulasi baru mengenai cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) menggunakan metode yang lebih ketat, bank mungkin akan melihat lonjakan pada CKPN yang wajib disisihkan, berpotensi mengakibatkan tekanan pada laba.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, bank harus tetap berkomitmen untuk menghasilkan laporan keuangan yang tidak hanya akurat, tetapi juga mampu memberdayakan kepercayaan masyarakat. Sebagai lembaga kepercayaan, sebagian besar aset bank berasal dari dana yang disetorkan oleh masyarakat. Ini menjadikan integritas laporan keuangan sebagai prioritas utama, daripada sekadar berusaha untuk menyajikan laporan yang menarik bagi publik.
Kepercayaan masyarakat adalah kunci bagi keberlangsungan dan pertumbuhan bank dalam kondisi ekonomi yang sulit. Dengan menjaga fundamental keuangan yang kuat dan selalu berpegang pada prinsip transparansi dan akuntabilitas, bank tidak hanya akan mampu bertahan, tetapi juga tumbuh meskipun ada tekanan di luar.
Dalam konteks ini, peran pengendalian internal menjadi semakin vital. Penguatan fungsi-fungsi pengurus bank sangat diperlukan untuk menjaga integritas laporan keuangan. Hal ini mencakup pelatihan bagi karyawan untuk mengidentifikasi dan mencegah fraud, serta memastikan bahwa semua proses pelaporan keuangan dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Akhirnya, untuk membangun ekosistem yang sehat dalam industri keuangan, semua pihak—dari regulator hingga individu dalam organisasi—harus berkolaborasi. Dengan demikian, menciptakan laporan keuangan yang berintegritas bukan hanya menjadi tanggung jawab bank, tetapi menjadi tanggung jawab bersama demi kemajuan ekonomi yang berkelanjutan.