Sains

Ngeri! Apa yang Terjadi Jika Asteroid Bennu Hantam Bumi 157 Tahun Lagi?

Para ilmuwan memperingatkan potensi bencana yang dapat ditimbulkan oleh asteroid Bennu, sebuah batuan angkasa yang diperkirakan akan melintasi Bumi dalam waktu 157 tahun mendatang. Asteroid ini memiliki ukuran setara dengan One World Trade Center, berdiameter 0,5 kilometer dan berat mencapai 74 juta ton. NASA menempatkan Bennu sebagai salah satu asteroid yang paling berisiko, baik dari segi kedekatan maupun dampak yang mungkin terjadi.

Axel Timmermann, salah satu penulis studi dan direktur di Institute of Basic Science Center for Climate Physics di Korea Selatan, menjelaskan bahwa dampak langsung dari tumbukan asteroid seukuran Bennu dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar di sekitar lokasi tumbukan. "Namun, sejumlah besar ejekta dari dampak tersebut akan memiliki dampak jangka panjang yang lebih besar pada iklim Bumi dan dapat memengaruhi masyarakat manusia di seluruh dunia," ungkapnya.

Meskipun Bennu lebih kecil dibandingkan asteroid raksasa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus 66 juta tahun lalu, dampak dari tumbukan ini tetap bisa signifikan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tumbukan asteroid seperti Bennu dapat drastis mengurangi produksi pangan global dan memicu perubahan iklim yang serius. Dalam satu studi yang dipublikasikan, para peneliti menyoroti beberapa efek yang mungkin terjadi pasca-insiden:

  1. Gelombang Kejut dan Gempa Bumi: Saat asteroid menabrak, gelombang kejut yang dihasilkan akan merusak infrastruktur dan menyebabkan gempa bumi.

  2. Tsunami: Tumbukan tersebut juga dapat memicu tsunami besar yang akan menghancurkan wilayah pesisir.

  3. Kawah: Dampak akan menciptakan kawah besar yang berpotensi mengubah geografi wilayah lokal.

  4. Ejekta: Debu dan partikel yang terlempar ke atmosfer akan menimbulkan masalah jangka panjang bagi iklim Bumi.

Para peneliti mengatakan bahwa partikel debu hasil tumbukan dapat menyebabkan penurunan suhu global hingga sekitar 4 derajat Celsius dan mengurangi curah hujan sekitar 15%. Ini akan menciptakan "musim dingin tumbukan" global, ditandai dengan kurangnya sinar matahari dan suhu yang lebih rendah. Pertumbuhan tanaman di daratan akan terhambat, dan fotosintesis di lautan juga akan berkurang, mengancam ketahanan pangan.

Selain itu, perubahan pola cuaca yang diakibatkan oleh dampak ini dapat berlangsung selama lebih dari empat tahun. Proses ini juga dapat menipiskan lapisan ozon, akibat pemanasan stratosfer oleh partikel debu. Namun, ada potensi bahwa jenis alga laut tertentu dapat berkembang biak dengan munculnya debu yang mengandung zat besi, meskipun ini juga berisiko merusak ekosistem laut.

Berdasarkan data saat ini, peluang asteroid Bennu untuk menabrak Bumi pada tahun 2182 adalah 1 berbanding 2.700. Meski risikonya relatif kecil, ilmuwan NASA terus mempelajari asteroid ini untuk memahami lebih lanjut dan mempersiapkan diri. Pada tahun 2016, misi antariksa OSIRIS-REx diluncurkan untuk mengumpulkan sampel dari permukaan Bennu, yang kemudian dibawa kembali ke Bumi pada tahun 2023.

Sampel yang diambil dari Bennu mengandung unsur-unsur vital seperti DNA dan RNA, serta mineral penting untuk keberlangsungan kehidupan. Temuan ini membuka diskusi tentang asal-usul kehidupan di Bumi dan potensi risiko yang dapat ditimbulkan oleh asteroid di masa depan.

Dengan potensi bencana ini, penting bagi umat manusia untuk mempersiapkan diri menghadapi risiko yang datang dari luar angkasa. Pengetahuan lebih lanjut mengenai asteroid dan dampaknya akan vital dalam upaya melindungi planet kita.

Hendrawan adalah penulis di situs spadanews.id. Spada News adalah portal berita yang menghadirkan berbagai informasi terbaru lintas kategori dengan gaya penyajian yang sederhana, akurat, cepat, dan terpercaya.

Berita Terkait

Back to top button