
Di tengah perkembangan pesat sistem pembayaran yang mengedepankan transaksi non-tunai, keberadaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) masih dianggap penting. Meskipun masyarakat semakin beralih ke pembayaran digital, ATM tetap menjalankan perannya sebagai titik akses utama untuk kebutuhan tunai. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), Ario Tejo Bayu Aji, yang menegaskan bahwa kebutuhan akan uang fisik tetap ada di masyarakat.
Sejumlah data menunjukkan bahwa penggunaan uang tunai masih cukup relevan. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 9,3% year on year (yoy) menjadi Rp1.204,5 triliun pada akhir Desember 2024. Pada tahun 2025, pertumbuhan diperkirakan akan berada di angka 5,7% yoy. Ini menunjukkan bahwa meski digitalisasi terus meningkat, permintaan akan uang tunai tetap ada, menjadikan ATM sebagai infrastruktur penting dalam ekosistem sistem pembayaran nasional.
Dalam usaha untuk memaksimalkan peran ATM, Ario menjelaskan bahwa ada beberapa strategi yang sedang dilaksanakan. Berikut adalah beberapa langkah yang diambil Jalin untuk menggeliatkan peran ATM di tengah tren gaya hidup cashless:
Pelayanan Gratis: Para nasabah dapat melakukan cek saldo dan tarik tunai secara gratis di sejumlah ATM, tanpa biaya tambahan.
Biaya Transaksi Terjangkau: Untuk transaksi transfer antar rekening Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) di ATM Link, biaya yang dikenakan hanya Rp4.000, menjadikannya pilihan yang ekonomis bagi masyarakat.
Inovasi Cash Recycle Machine (CRM): Dalam waktu dekat, Jalin akan mengimplementasikan CRM, suatu inovasi yang tidak hanya memungkinkan tarik tunai, tetapi juga setor tunai dalam satu mesin.
Efisiensi Pengelolaan Uang Tunai: Penggunaan CRM diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan uang tunai, mengurangi frekuensi pengisian ulang mesin, serta memaksimalkan peredaran uang tunai di masyarakat.
Transformasi Digital: CRM juga akan memperkuat peran cash point dengan menyediakan layanan keuangan yang lebih efisien dan modern. Ini memungkinkan proses tarik dan setor tunai dilakukan dengan lebih optimal dalam satu mesin terintegrasi.
- Peningkatan Aksesibilitas: Optimalisasi layanan ATM akan mencakup standarisasi dan efisiensi operasional untuk meningkatkan aksesibilitas, mendukung pertumbuhan ekonomi, serta inklusi keuangan di Indonesia.
Meskipun masyarakat beralih ke pembayaran digital, jelas terlihat bahwa ATM masih memainkan peran sentral dalam memberikan akses keuangan bagi masyarakat. Selama ada kebutuhan untuk menarik dan menyetor uang tunai, keberadaan ATM tetap relevan. Ario menekankan pentingnya memahami bahwa ATM bukan sekadar fasilitas klasik, tetapi bagian dari ekosistem yang terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman.
Data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki kecenderungan untuk menggunakan uang tunai dalam kegiatan sehari-hari, baik untuk belanja, pembayaran, maupun transaksi kecil lainnya. Ini menunjukkan bahwa ATM akan terus menjadi bagian yang signifikan dari layanan perbankan di Indonesia, meskipun tren cashless semakin berkembang.
Dalam konteks ini, keberadaan ATM tidak hanya sekadar menjadi alat untuk penarikan uang, tetapi juga berkontribusi pada sistem keuangan dan inklusi yang lebih luas. Para pelaku industri keuangan diharapkan dapat terus berinovasi untuk memastikan bahwa ATM tetap relevan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, baik secara tunai maupun dalam lingkup transaksi non-tunai yang terus berkembang.