Merz Bertekad Pimpin Jerman Maju Meski Dihadapkan Protes Besar

Friedrich Merz, calon kanselir Jerman dari Partai Demokrat Kristen (CDU), mengungkapkan niatnya untuk “memimpin Jerman maju” dalam sebuah konferensi partai yang diadakan di Berlin, tiga minggu sebelum pemilihan umum nasional. Dalam pidatonya pada hari Senin, Merz menyatakan, “Kita siap untuk memimpin Jerman maju kembali,” seraya berjanji untuk “langsung bekerja dan mengatasi akar penyebab masalah yang telah melumpuhkan [Jerman] selama ini.”

Meskipun koalisi CDU/CSU yang dipimpin Merz saat ini berada di posisi teratas dalam berbagai survei dengan dukungan sekitar 30% menjelang pemilihan pada 23 Februari, pernyataannya baru-baru ini telah menimbulkan kontroversi. Merz menggunakan dukungan suara dari partai sayap kanan, Alternative for Germany (AfD), untuk mendorong sebuah mosi di parlemen yang menyerukan peraturan migrasi yang lebih ketat. Langkah ini memicu kritik tajam dan reaksi keras dari berbagai kalangan.

Kritik terhadap Merz semakin mengemuka setelah mosi tersebut disetujui, yang dianggap sejumlah pengamat sebagai pelanggaran terhadap “pagar api” yang selama ini mencegah kerjasama dengan AfD. Mosi non-binding yang bertujuan untuk menangani migrasi ilegal berhasil mendapat suara mayoritas berkat dukungan dari AfD. Sebuah rancangan undang-undang migrasi lain yang diajukan oleh CDU gagal untuk memperoleh suara mayoritas, di mana beberapa anggota partai tidak memberikan suara.

Buntut dari langkah Merz ini menciptakan demonstrasi besar di seluruh Jerman. Organisasi pengunjuk rasa mengklaim bahwa hingga 250.000 orang berpartisipasi dalam sebuah aksi besar di Berlin pada hari Minggu, sementara aksi lain terjadi di luar pusat konferensi CDU di Berlin Barat dengan laporan dari polisi menyebutkan terdapat sekitar 450 demonstran.

Dalam pidatonya, Merz berulang kali menegaskan penolakannya untuk bekerja sama dengan AfD. “Tidak akan ada kerjasama, tidak akan ada toleransi, tidak akan ada pemerintahan minoritas, tidak ada apapun,” ujarnya kepada para delegasi, walau tanpa merujuk langsung pada pemungutan suara terbaru tersebut. Saat Merz berbicara, beberapa aktivis Greenpeace di antara hadirin mengangkat huruf-huruf yang membentuk kata “pagar api”, yang berusaha menunjukkan penolakan atas perilaku kerjasama tersebut.

Di tengah kontroversi, Kanselir Olaf Scholz juga menyerang CDU/CSU, dengan menyatakan bahwa blok tengah-kanan itu gagal untuk menyetujui legislasi yang mereformasi undang-undang suaka dan memberikan kekuasaan tambahan kepada lembaga keamanan. “CDU/CSU sedang membahayakan keamanan internal,” tambah Scholz dalam sebuah pertemuan pemimpin EU di Brussel.

CDU, melalui Sekretaris Jenderal Carsten Linnemann, menolak kritik tersebut dan menuduh koalisi Scholz sebagai “pemerintah federal terburuk sepanjang masa.” Dia menegaskan, “Kami tidak membiarkan siapa pun memberi tahu kami siapa yang berada di sisi sejarah yang benar. Itu kami.”

Merrz juga menguraikan rencana ekonomi yang menjadi perhatian utama menjelang pemilu. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman menunjukkan penurunan untuk tahun kedua berturut-turut, dengan proyeksi pertumbuhan minimal dari pemerintah tahun ini. Dalam pidatonya, Merz menyerang kebijakan ekonomi dan energi dari pemerintah koalisi saat ini, dan berjanji untuk mengubah jalur kebijakan jika partainya menang. Di antara janji-janji tersebut, Merz akan menghapus regulasi yang dianggap memberatkan dan berfokus pada solusi teknologi untuk menghadapi perubahan iklim, menolak skenario-skenario yang dianggap apokaliptik.

Sebagai langkah strategis ke depan, Merz menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung ekonomi, sambil menolak usulan dikalim nlanya untuk menerapkan pekan kerja empat hari serta menuntut reformasi mendasar pada tunjangan pengangguran. Keberanian Merz dalam menghadapi kritik dan tekanannya untuk mereformasi kebijakan ekonomi menjadi kunci dalam upayanya untuk memimpin CDU menuju pemilihan mendatang.

Exit mobile version