Menelusuri Teori Ketergantungan: Dampaknya pada Negara-Negara

Setiap negara di dunia beroperasi dalam kerangka relasi ketergantungan, yang memengaruhi perkembangan sosial, ekonomi, dan politiknya. Teori ketergantungan atau dependency theory memberikan kerangka pemahaman tentang bagaimana negara-negara saling bergantung satu sama lain, terutama dalam konteks negara-negara berkembang dan maju. Teori ini menyoroti dua sisi ketergantungan: keuntungan dan kerugian.

Pengertian dan Ciri-Ciri Teori Ketergantungan

Secara umum, ketergantungan dapat didefinisikan sebagai hubungan sosial di mana satu pihak mengandalkan pihak lain untuk kebutuhan tertentu. Dalam konteks negara, ketergantungan ini dapat dilihat melalui hubungan ekonomi, politik, dan budaya. Teori ketergantungan, menurut Theotonio Dos Santos, merupakan keadaan di mana kehidupan ekonomi negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi negara lain, di mana negara tersebut sering kali menjadi penerima dampak negatif dari hubungan tersebut.

Teori ketergantungan ini juga dikenal melalui pandangan Osvaldo Sunkel, yang menjelaskan perkembangan ekonomi negara melalui pengaruh eksternal. Dalam kajian ini, menarik untuk dicatat bahwa negara-negara di belahan dunia yang lebih berkembang sering kali beroperasi dalam jaringan yang kompleks, di mana ketergantungan antara berbagai negara menciptakan pola dominasi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Pemikiran-Pemikiran Ahli Mengenai Teori Ketergantungan

Teori ketergantungan telah dianalisis dan dijelaskan oleh beberapa pemikir terkenal. Berikut adalah beberapa pemikiran utama:

1. Pemikiran Raul Prebisch

Raul Prebisch mengkritik pembagian kerja internasional yang dikuasai oleh konsep keunggulan komparatif. Ia berargumen bahwa distribusi industri dan pertanian tidak berjalan seimbang, di mana negara-negara industri kaya mendapatkan keuntungan besar, sedangkan negara-negara penghasil bahan mentah tetap miskin. Dia menyoroti pentingnya penguatan posisi tawar negara-negara penghasil bahan mentah untuk mengimbangi ketidakadilan ini.

2. Pemikiran Neo-Marxisme

Aliran Neo-Marxisme memandang imperialisme sebagai sumber ketergantungan dan menganggap bahwa negara-negara dunia ketiga memiliki potensi untuk menjalani revolusi sosialis. Pemikiran ini lebih menekankan pada potensi revolusi yang dapat muncul dari kalangan petani dan membayangkan perubahan struktural yang mendalam.

3. Pemikiran Paul Baran

Paul Baran menolak pandangan Karl Marx yang beranggapan bahwa negara-negara kapitalis dapat mengangkat negara-negara terbelakang. Baran berpendapat bahwa interaksi kapitalis justru menghambat kemajuan negara-negara periphery dan menciptakan pola-pola ketidakadilan.

Sejarah Teori Ketergantungan

Teori ketergantungan mulai berkembang pada akhir 1950-an, dipelopori oleh Raul Prebisch yang mengamati ketidakadilan dalam pertumbuhan ekonomi antara negara berkembang dan negara maju. Ia mengidentifikasi pola di mana pertumbuhan di negara-negara kaya seringkali mengakibatkan stagnasi atau bahkan kemunduran bagi negara-negara tersisih. Teori ini semakin dikenal dalam konteks gerakan intelektual radikal di Amerika Latin yang mencerminkan ketidakpuasan terhadap model modernisasi yang konvensional.

Bentuk-Bentuk Ketergantungan

Menurut Dos Santos, terdapat beberapa bentuk ketergantungan yang bisa diidentifikasi:

1. Ketergantungan Kolonial

Fenomena ini terjadi saat negara maju melakukan penjajahan atas negara-negara terbelakang. Negara maju menguasai sumber daya dan mengatur ekonomi negara terjajah demi kepentingan mereka sendiri.

2. Ketergantungan Teknologis-Industrial

Dalam bentuk ketergantungan ini, negara-negara pinggiran tidak hanya terjebak dalam pengiriman bahan mentah, tetapi juga berinteraksi dengan perusahaan multinasional yang ingin memanfaatkan sumber daya lokal.

Pembagian Sistem Ekonomi Dunia

Dalam konteks global, negara-negara dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan tingkat perkembangannya. Negara-negara inti seperti Amerika Serikat dan Inggris mendominasi perdagangan internasional, sedangkan negara-negara sekitar seperti Swiss dan Kanada memiliki kekuatan lebih rendah. Di sisi lain, negara-negara pinggiran seperti Indonesia dan Brasil adalah yang sedang berkembang, sedangkan negara-negara terpinggir, misalnya Kamboja dan Zambia, semuanya berjuang untuk menemukan jalan menuju kemakmuran.

Penyebab Utama Terjadinya Ketergantungan

Beberapa penyebab yang mendasari terjadinya ketergantungan antar negara meliputi:

1. Pemisahan Tenaga Kerja

Pembagian tenaga kerja secara internasional menghasilkan dominasi industri di negara-negara inti, di mana negara-negara pinggiran berfungsi sebagai penghasil bahan mentah dan tenaga kerja murah.

2. Pembagian Kelas

Pembagian kelas ekonomi menciptakan perbedaan yang tajam antara negara kaya dan miskin, di mana negara-negara kaya mencari cara untuk mempertahankan kekuatan dan kekayaan mereka.

3. Kapitalisme Global

Sistem kapitalisme global yang diterapkan oleh negara-negara maju sering mengeksploitasi sumber daya negara-negara terpinggir tanpa memberikan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Penting untuk menyadari bahwa ketergantungan bukan hanya merupakan hasil dari relasi historis, tetapi juga merupakan kondisi yang terus berkembang dan berinteraksi dengan perubahan global. Teori ketergantungan memberikan kerangka untuk memahami kompleksitas hubungan ini, serta tantangan yang dihadapi negara-negara pinggiran dalam usaha mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Exit mobile version