Kesempatan Terakhir Meta: Pertarungan Mark Zuckerberg Melawan Antitrust!

Meta Platforms, perusahaan induk Facebook yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg, sedang bersiap untuk menghadapi pertempuran hukum antitrust yang krusial. Kasus ini telah dimulai di pengadilan Washington, D.C., di mana Zuckerberg dituntut untuk menjelaskan tindakan perusahaan dalam mengakuisisi sosial media pesaing kecilnya. Jika tidak berhasil meyakinkan pemerintah, khususnya di bawah naungan mantan Presiden Donald Trump, Zuckerberg mungkin akan terpaksa membongkar imperium senilai $1,3 triliun dan menjual salah satu aset terpentingnya: Instagram.

Dalam konteks ini, berikut adalah beberapa poin menarik dari konflik hukum yang sedang berlangsung:

  1. Latar Belakang Kasus: Tuntutan terhadap Meta difokuskan pada klaim yang diajukan oleh Komisi Perdagangan Federal (FTC) yang menyatakan bahwa Facebook menggunakan kekuatan monopolinya untuk membeli perusahaan-perusahaan kecil alih-alih bersaing dengan mereka. Facebook mengakuisisi Instagram pada tahun 2012 dengan harga $1 miliar dan WhatsApp pada tahun 2014 dengan harga $19 miliar. Kedua akuisisi tersebut sebelumnya telah disetujui oleh FTC setelah melalui proses pemeriksaan.

  2. Strategi Pembelian: Menariknya, dalam email internal yang muncul dalam dokumen pengadilan, Zuckerberg dikenal mengatakan bahwa "lebih baik membeli daripada bersaing." Angka juga menunjukkan bahwa Facebook membeli aplikasi lain dengan tujuan menghalangi ambisi sosial Google di media sosial. Misalnya, aplikasi "Glancee" yang dibeli untuk mencegah Google mengembangkan jaringannya sendiri.

  3. Pertarungan Dengan Pemerintah: Meta tidak sendirian dalam menghadapi tuntutan antitrust; sebelumnya, Google juga terlibat dalam pertempuran hukum serupa yang mempertimbangkan tuduhan monopolistiknya. Pengadilan federal di bawah hakim Amit Mehta telah memutuskan bahwa Google melanggar hukum dengan cara monopolistik dalam pasar pencarian. Kini, Meta berpotensi menjadi raksasa Silicon Valley kedua yang terpaksa berhadapan dengan pengawas antitrust pemerintah dalam dua tahun terakhir.

  4. Pendapat Ahli: Paul Swanson, seorang pengacara yang ahli dalam hukum antitrust, menyatakan bahwa hakim James Boasberg tampaknya membuka diri untuk mendengarkan teori yang diajukan oleh FTC, namun ia juga skeptis terhadapnya. Menurut Swanson, meskipun ada pertanyaan yang muncul, sulit untuk meyakinkan hakim bahwa platform sosial lain seperti LinkedIn tergolong dalam pasar yang sama dengan Facebook.

  5. Dampak Terhadap Keuangan Meta: Jika pengadilan memutuskan untuk memaksa Meta menjual Instagram, hal ini akan memberikan dampak finansial yang signifikan bagi perusahaan. Instagram sendiri menyumbang $32 miliar dalam pendapatan iklan di AS untuk Meta pada tahun 2024, yang mewakili hampir 48,4% dari total pendapatan perusahaan. Proyeksi menunjukkan bahwa pendapatan iklan Instagram dapat melampaui 50% dari total pendapatan Meta pada tahun 2025.

Meta telah berpendapat bahwa tindakan FTC tersebut adalah salah pengertian, mengklaim bahwa perusahaan mereka bersaing dengan berbagai platform lain seperti TikTok, YouTube, dan X. Mereka merasa bahwa tindakan untuk membubarkan akuisisi yang telah disetujui lebih dari satu dekade lalu hanya akan merugikan inovasi AS dan menguntungkan pesaing internasional, terutama dari Tiongkok.

Seiring persidangan ini berlanjut, perhatian dunia tertuju pada direnungkannya kembali dinamika pasar media sosial dan masa depan Zuckerberg serta Meta. Kebijakan pemerintah terkait antitrust dapat menentukan arah industri teknologi yang lebih luas dan peran perusahaan-perusahaan besar dalam ekonomi global. Dengan tanggung jawab yang terus berkembang di era digital, hasil dari konflik hukum ini dapat membentuk tidak hanya nasib Meta, tetapi juga karakter pasar media sosial di masa depan.

Exit mobile version