JP Morgan Pangkas Prediksi Harga Minyak: Permintaan Lemah dan Output Naik

JP Morgan Chase & Co. telah memangkas proyeksi harga minyaknya untuk tahun 2025 dan 2026, mengingat adanya peningkatan produksi dari aliansi OPEC+ serta diperkirakan adanya penurunan permintaan global. Dalam laporan yang dirilis pada Senin, bank investasi terkemuka ini memperkirakan harga minyak Brent untuk tahun 2025 akan turun menjadi $66 per barel dari sebelumnya $73 per barel. Untuk tahun 2026, proyeksi harganya juga diturunkan menjadi $58 per barel dari sebelumnya $61 per barel.

Perubahan proyeksi ini mencerminkan dampak dari situasi global saat ini. Jumlah produksi minyak oleh OPEC+ yang terus meningkat serta tingkat permintaan yang diproyeksikan menurun menjadi faktor kunci dalam penyesuaian tersebut. Analis di JP Morgan menyatakan bahwa peningkatan pasokan minyak jauh lebih besar dibandingkan dengan permintaan yang diharapkan.

Menurut data yang dirilis bersamaan dengan laporan JP Morgan, berikut adalah proyeksi harga minyak dari berbagai lembaga perbankan dan brokerage untuk tahun-tahun mendatang:

– Goldman Sachs: Brent $69 (2025), $62 (2026) dan WTI $66 (2025), $59 (2026)
– HSBC: Brent $73 (2025), $70 (2026)
– Barclays: Brent $74 (2025)
– Bank of America: Brent $75 (2025), $73 (2026)
– Citi: Brent $67 (2025), $65 (2026) dan WTI $63 (2025), $62 (2026)
– Deutsche Bank: Brent $72 (2025), $72 (2026)
– JP Morgan: Brent $66 (2025), $58 (2026) dan WTI $62 (2025), $54 (2026)

Data di atas menunjukkan variasi proyeksi antara lembaga yang satu dengan yang lainnya, menciptakan gambaran yang kompleks tentang masa depan pasar minyak. Dalam hal ini, visible indicator menunjukkan bahwa keengganan untuk menggerakkan harga minyak lebih tinggi sangat terkait dengan kekhawatiran akan penurunan permintaan.

Kondisi ini dihadapi oleh pasar minyak global yang juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal. Meskipun adanya komitmen dari OPEC+ untuk menstabilkan harga, peningkatan produksi, terutama dari negara-negara non-OPEC, dapat menggerus potensi keberhasilan kebijakan tersebut. Permintaan yang tidak begitu kuat, khususnya di negara-negara Industri, turut menjadi penyebab utama dalam penyesuaian forecast ini.

Dengan menurunnya proyeksi harga, sejumlah analis berpendapat bahwa pasar minyak mungkin akan melihat periode ketidakpastian yang lebih lama. Penyesuaian dalam supply dan demand di industri minyak akan menjadi sangat penting untuk dicermati dalam beberapa tahun ke depan. Pelaku pasar diharapkan untuk tetap waspada terhadap pergerakan harga yang dapat dipengaruhi oleh notasi ekonomi global yang lebih luas.

Sementara itu, permintaan dari negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat akan terus menjadi indikator vital untuk fluktuasi harga minyak. Namun, dampak dari kebijakan-kebijakan energi yang lebih berkelanjutan dan penurunan dalam penggunaan bahan bakar fosil menambah tantangan bagi pemulihan pasar minyak.

Dengan proyeksi yang terus berubah, pihak-pihak terkait dalam industri minyak, termasuk investor dan perusahaan energi, perlu memantau perkembangan ini secara cermat. Secara keseluruhan, data dan analisis yang disampaikan oleh JP Morgan menunjukkan bahwa tantangan di depan masih besar bagi industri ini, terutama dalam hal bagaimana menyeimbangkan antara produksi dan permintaan di pasar global.

Berita Terkait

Back to top button