Jerman Tingkatkan Impor LNG Melalui Terminal Laut Utara, Bukan Baltik

Jerman terus mengalihkan fokusnya dalam pengimporan gas alam cair (LNG), dengan terminal-terminal di Laut Utara menunjukkan pemanfaatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan terminal di Laut Baltik. Menurut data dari Deutsche Energy Terminal, terminal LNG yang terletak di kota-kota utara Jerman, yaitu Wilhelmshaven dan Brunsbüttel, telah beroperasi pada kapasitas sekitar 65% di tahun 2024.

Terminal-terminal terapung ini menjadi solusi signifikan bagi Jerman dalam mencari alternatif pasokan energi setelah ketegangan yang meningkat dengan Rusia, khususnya setelah invasi ke Ukraina pada tahun 2022. Upaya pemerintah Jerman untuk mengurangi ketergantungan pada suplai gas Rusia semakin mendesak, yang membuat pembangunan terminal LNG menjadi prioritas.

Statistik yang diberikan oleh Gas Infrastructure Europe (GIE), yang berbasis di Brussels, menunjukkan bahwa terminal-terminal di Laut Utara lebih produktif dibandingkan dengan yang ada di Laut Baltik. Dua terminal di Laut Utara berhasil menyuplai sebanyak 59,1 terawatt jam (TWh) gas ke dalam jaringan pada tahun 2024. Sebaliknya, dua terminal terapung di Laut Baltik hanya menghasilkan sekitar 8,5 terawatt jam pada tahun yang sama. Data ini menunjukkan bahwa Jerman lebih mengandalkan terminal di Laut Utara dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.

Namun, meskipun terjadi peningkatan penggunaan terminal LNG, data yang dikeluarkan oleh Federal Network Agency Jerman mengindikasikan adanya penurunan total impor gas melalui terminal LNG. Tahun lalu, total impor LNG tercatat sebesar 68 terawatt jam, turun dari 69,7 terawatt jam pada tahun sebelumnya, atau sekitar 2,4%. Meskipun demikian, proporsi LNG dalam total impor gas masih terbilang rendah, yaitu sekitar 8%, dengan peningkatan satu poin persentase dibandingkan tahun lalu.

Melihat ke arah masa depan, pemerintah Jerman menghadapi dilema. Di satu sisi, mereka harus memenuhi kebutuhan energi dengan diversifikasi sumber pasokan, dan di sisi lain, terdapat kontroversi yang muncul terkait dengan biaya pembangunan terminal LNG serta dampak lingkungan yang dihasilkan. Isu-isu ini menjadi bahan perdebatan di kalangan publik dan para pengambil kebijakan.

Berikut adalah beberapa fakta penting mengenai situasi LNG di Jerman:

  1. Lokasi Terminal: Terminal LNG di Laut Utara berlokasi di Wilhelmshaven dan Brunsbüttel, sedangkan terminal di Laut Baltik belum mempublikasikan angka utilisasi kapasitinya.

  2. Produksi Gas: Terminal-terminal Laut Utara memproduksi 59,1 terawatt jam gas, sambil terminal Laut Baltik hanya menyuplai 8,5 terawatt jam.

  3. Impor Total: Total impor LNG pada tahun lalu adalah 68 terawatt jam, mengalami penurunan dari 69,7 terawatt jam di tahun sebelumnya.

  4. Keterlibatan Swasta: Terminal di Laut Baltik dioperasikan oleh Deutsche ReGas, yang merupakan penyedia swasta dan belum mengungkapkan kapasitas penggunaannya.

  5. Keberlanjutan: Kontroversi terkait terminal LNG menyangkut biaya pembangunan dan dampak pada lingkungan, yang terus menjadi sorotan masyarakat.

Tindakan proaktif ini diambil Jerman bukan hanya sebagai respons terhadap perubahan geopolitik tetapi juga sebagai usaha untuk memenuhi target-target keberlanjutan dalam kebijakan energi. Dalam konteks pemanasan global dan pergeseran menuju energi yang lebih bersih, pemanfaatan LNG di Jerman akan terus berkembang, baik dari sisi kapasitas maupun diversifikasi sumber pasokan. Sementara itu, tantangan masih ada dalam menemukan solusi yang seimbang antara kebutuhan energi dan perlindungan lingkungan yang berkelanjutan.

Exit mobile version