
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk memperluas zona keamanan di Gaza, yang kini mencakup kota Rafah di selatan. Dalam kunjungannya ke area tersebut, Katz menyatakan bahwa tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat wilayah Gaza "lebih kecil" dan "lebih terisolasi," sehingga dapat memberikan tekanan lebih pada Hamas untuk segera membebaskan para sandera yang masih ditahan.
Katz menjelaskan bahwa militer Israel telah menguasai tanah sepanjang perbatasan Gaza dan mendefinisikannya sebagai zona penyangga untuk mencegah serangan. Dengan penambahan Rafah yang mencakup hampir sepertiga dari Gaza, ribuan warga sipil diharapkan untuk meninggalkan rumah mereka. Beliau menegaskan, "Populasi Gaza sedang dievakuasi dari zona pertempuran, dan banyak area sedang direbut untuk ditambahkan ke zona keamanan negara Israel."
Berdasarkan laporan dari PBB, dua pertiga wilayah Gaza saat ini telah ditetapkan sebagai zona larangan beroperasi atau terpaksa dievakuasi, sejak Israel melanjutkan serangan terhadap Hamas pada 18 Maret setelah terjadinya keruntuhan gencatan senjata selama dua bulan. Sekitar 390.000 warga Palestina, hampir seperlima dari populasi 2,1 juta, telah terpaksa mengungsi tanpa tempat yang aman untuk berlindung.
Berikut adalah beberapa titik kunci mengenai situasi di Rafah dan Gaza secara umum:
Zona Evakuasi: Sejak pengumuman terakhir, hampir 97% wilayah Rafah dan sekitarnya telah terlarang bagi warga sipil dan diperintahkan untuk dievakuasi oleh IDF. Ini berlaku untuk wilayah seluas 64 km².
Krisis Kemanusiaan: PBB menyampaikan bahwa pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar telah habis setelah Israel menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak 2 Maret. Masyarakat menghadapi ancaman kelaparan dan kekurangan kebutuhan dasar lainnya.
Operasi Militer: IDF telah meluncurkan serangan darat di Rafah, yang sebelumnya memiliki populasi sekitar 280.000 jiwa, dan berhasil menguasai area strategis. Kementerian Pertahanan Israel menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk menghancurkan infrastruktur teroris yang ada di wilayah tersebut.
- Strategi Pengungsian: Analisis militer Israel menunjukkan adanya strategi untuk mendorong warga Palestina menuju pantai agar angkatan bersenjata fokus menghancurkan Hamas di daerah perkotaan. Rencana ini juga mencakup kontrol atas kiriman bantuan ke daerah pesisir, dengan harapan meminimalkan interaksi dengan Hamas dan lembaga bantuan internasional.
Katz menyatakan, "Jika Hamas terus menolak dan tidak segera membebaskan para sandera, IDF akan melakukan operasi militer yang intens di seluruh Gaza." Dalam pernyataannya, ia juga mengonfirmasi bahwa tujuan dari operasi ini adalah untuk mengurangi wilayah Gaza dan mengisolasi kelompok Hamas.
Dengan kondisi yang semakin memburuk, situasi di Gaza telah menjadi perhatian global yang mendesak. Melanjutkan serangan dan pembatasan akses terhadap bantuan kemanusiaan dianggap tidak hanya sangat berdampak pada kehidupan warga sipil, tetapi juga berpotensi melanggar hukum internasional. Laporan dari kantor hak asasi manusia PBB menunjukkan bahwa perintah evakuasi di Gaza tidak mematuhi persyaratan hukum internasional yang menuntut perlindungan yang memadai bagi warga sipil.
Sementara itu, dalam insiden terpisah di Gaza Timur, sebuah serangan udara oleh IDF telah mengakibatkan kematian salah satu pemimpin batalion Hamas, demikian dilaporkan oleh rumah sakit setempat, dengan total korban mencapai 29 jiwa, termasuk anak-anak. Kematian tersebut menambah daftar panjang kerugian sipil di Gaza, yang menurut kementerian kesehatan setempat telah mencapai lebih dari 50.880 jiwa sejak serangan yang dipicu oleh serangan lintas perbatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober lalu.