Inflamasi: Pedang Bermata Dua dan Cara Cegah Penyakit Kronis

Peradangan, atau inflamasi, merupakan proses biologis yang penting bagi tubuh dalam merespon cedera atau infeksi. Ketika pergelangan kaki terkilir atau kulit mengalami goresan, tubuh segera mengaktifkan respons inflamasi untuk membantu penyembuhan. Menurut Dr. Robert Shmerling, seorang rheumatologist dan anggota fakultas di Harvard Medical School, “Inflamasi adalah respons tubuh terhadap penyakit atau cedera untuk berusaha mengembalikan kesehatan.” Meskipun demikian, peradangan memiliki sisi gelap dan menjadi momok ketika berlangsung secara kronis, terhubung dengan berbagai penyakit serius seperti diabetes dan penyakit jantung.

Mengapa inflamasi bisa berbahaya? Dr. David Hafler, neurolog dan profesor imunobiologi di Yale School of Medicine, menyebut inflamasi sebagai “pedang bermata dua.” Pada tahap akut, inflamasi memiliki manfaat signifikan. Misalnya, saat tubuh melawan infeksi tenggorokan, kulit yang meradang dan nyeri merupakan tanda respon imun yang sedang berfungsi. Namun, ketika inflamasi berlanjut dalam jangka panjang, atau menjadi inflamasi kronis, kondisi ini dapat merusak tubuh dan berkontribusi pada berbagai penyakit.

Beberapa faktor risiko dapat memicu terjadinya inflamasi kronis. Di antaranya adalah obesitas, yang menciptakan kondisi inflamasi tingkat rendah, serta pola makan yang tidak sehat. Menurut Dr. Thaddeus Stappenbeck dari Cleveland Clinic, diet modern yang kaya akan makanan olahan, gula halus, dan lemak trans menjadi sumber utama inflamasi kronis. “Saya curiga ada lebih banyak orang dengan inflamasi kronis yang mendasari daripada yang ada di masa lalu,” ungkapnya.

Beberapa gejala inflamasi yang umum mencakup:

– Nyeri sendi yang tidak kunjung reda.
– Penurunan berat badan.
– Kelelahan yang berkepanjangan.
– Masalah pencernaan.

Untuk mengurangi tingkat inflamasi dalam tubuh, penurunan berat badan, olahraga teratur, dan penghindaran makanan olahan dapat sangat membantu. Diet Mediterania, yang menekankan pada konsumsi buah-buahan dan sayuran segar, juga dapat menurunkan tingkat inflamasi. Shmerling menekankan bahwa perubahan gaya hidup tidak selalu memberikan dampak langsung. “Tanda-tanda inflamasi dapat membaik dengan perubahan gaya hidup,” jelasnya.

Inflamasi kronis dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit jantung, dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. Sekitar 129 juta orang di Amerika Serikat memiliki setidaknya satu penyakit kronis, menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention. Ketika tubuh berada dalam keadaan inflamasi berkelanjutan, ia dapat merusak organ vital dan pembuluh darah. “Inflamasi yang berlangsung lama dapat menyebabkan penyakit jantung dan pembentukan plak di pembuluh darah,” kata Dr. Moshe Arditi dari Cedars-Sinai Medical Center.

Autoimunitas, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, juga berkaitan dengan inflamasi kronis. Dr. Shmerling menjelaskan bahwa tubuh kadang-kadang tidak dapat membedakan antara dirinya sendiri dan patogen luar, sehingga menghasilkan kerusakan di dalam tubuh. Kondisi seperti lupus dan sklerosis multipel menunjukkan hubungan langsung dengan inflamasi yang berkepanjangan.

Meski ada tes darah untuk mendeteksi inflamasi, hasilnya tidak selalu dapat diandalkan. Tes ini tidak memberikan jawaban yang jelas mengenai lokasi inflamasi di dalam tubuh dan bisa menunjukkan hasil positif palsu. Tes yang umum digunakan adalah laju sedimentasi eritrosit (ESR) dan protein C-reatif (CRP), yang dapat membantu mengindikasikan tingkat inflamasi. Namun, Shmerling menyarankan agar orang yang sehat tidak perlu rutin melakukan screening untuk inflamasi. “Tes inflamasi tidak sempurna dan tidak selalu mencerminkan yang sebenarnya terjadi,” ungkapnya.

Memahami perilaku inflamasi dalam tubuh sangat penting, terutama melihat hubungan eratnya dengan berbagai penyakit kronis yang semakin meningkat. Penanganan inflamasi dari gaya hidup hingga pemantauan kesehatan secara teratur menjadi langkah penting untuk melindungi tubuh dari dampak negatifnya. Hal ini mendorong kesadaran akan peran penting inflamasi dalam kesehatan jangka panjang kita.

Exit mobile version