
Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) memperkirakan imbal hasil investasi dana pensiun untuk tahun 2025 berada pada kisaran 5,5% hingga 5,75%. Proyeksi ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi DPLK, Tondy Suradiredja, yang berdasar pada prediksi bahwa suku bunga Bank Indonesia (BI rate) tidak akan mengalami perubahan signifikan. Tondy menyebutkan bahwa rentang imbal hasil ini penting untuk menjaga stabilitas inflasi yang berdampak pada perekonomian nasional.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pada Desember 2024, total portofolio investasi DPLK mencapai Rp67,32 triliun yang terdistribusi dalam deposito berjangka serta surat berharga negara (SBN). Spesifiknya, sebesar Rp41,96 triliun atau sekitar 62% dari total portofolio DPLK, diinvestasikan dalam SBN. Besarnya alokasi dana ini menunjukkan kepercayaan terhadap instrumen investasi yang lebih aman, meski imbal hasilnya mungkin lebih rendah.
Dalam penjelasannya, Tondy menekankan tantangan yang dihadapi industri dana pensiun, khususnya DPLK. Menurutnya, salah satu tantangan utama adalah memperbesar alokasi investasi dari sektor uang (money market) ke sektor pendapatan tetap (fixed income). Ini dilakukan melalui penerapan konsep “life cycle fund”, di mana pilihan investasi disesuaikan dengan lamanya peserta menabung. Peserta yang memiliki waktu lebih lama menjelang pensiun diharapkan dapat mengalokasikan lebih banyak investasinya ke instrumen yang lebih berisiko, seperti saham.
Berikut adalah beberapa data dan tren terkini terkait investasi DPLK:
1. Imbal hasil DPLK diperkirakan antara 5,5% – 5,75% hingga 2025.
2. Total portofolio investasi DPLK per Desember 2024 mencapai Rp67,32 triliun.
3. Dari total tersebut, Rp41,96 triliun diinvestasikan dalam surat berharga negara.
4. Penurunan investasi di saham yang terdata pada DPPK PPMP dan DPLK masing-masing turun 13,63% dan 5,51% YoY hingga akhir 2024.
5. Sekitar 70% dari portofolio DPLK teralokasi ke instrumen money market.
Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terus merosot, mencatat kontraksi 2,65% pada akhir 2024 turut memberikan dampak buruk terhadap investasi dana pensiun. Banyak dana pensiun yang terpaksa mengurangi alokasi saham dalam portofolio mereka, dengan penurunan signifikan terlihat pada DPPK dan DPLK. Tondy menggarisbawahi pentingnya perbedaan karakteristik antara dana pensiun DPPK dan DPLK. DPLK, yang memiliki batasan dalam investasi pada saham tidak lebih dari 15%, tidak terlibat dalam aktivitas trading.
Respons terhadap penurunan ini menuntut pengelola dana pensiun untuk beradaptasi dengan kondisi pasar yang lebih kompetitif. Untuk itu, pengelola DPLK mesti meninjau ulang strategi investasi demi memastikan kemampuan mereka dalam menghadapi berbagai risiko. Tondy menambahkan bahwa perubahan alokasi sebenarnya adalah langkah yang bijaksana dalam mengelola risiko, dari segi kebutuhan peserta dalam berinvestasi berdasarkan lama waktu mereka menabung.
Ke depan, pelaku industri diharapkan dapat memanfaatkan pergeseran yang lebih transparan dan berorientasi pada hasil, sehingga dapat memaksimalkan potensi pengembalian investasi bagi para peserta. Dengan proyeksi yang lebih optimis dan data analisis yang mendalam, DPLK berupaya untuk memberikan solusi investasi yang lebih berkelanjutan di tengah dinamika pasar yang terjadi saat ini. Ini semua bertujuan untuk memastikan bahwa para peserta dapat meraih manfaat maksimal dari dana pensiun mereka di masa mendatang.