
Dalam rapat kerja antara Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), PSSI, dan Komisi X, Ahmad Dhani, pendiri grup musik Dewa 19, membuat heboh dengan usulannya terkait skema naturalisasi pemain timnas sepak bola Indonesia. Dhani yang dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap perkembangan olahraga, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya kebijakan naturalisasi dalam meningkatkan kualitas skuad tim nasional. Namun, usulannya yang tidak biasa mengundang berbagai tanggapan di kalangan penggiat sepak bola.
Dhani menekankan dukungannya terhadap kebijakan naturalisasi dan menyatakan bahwa pemain naturalisasi sebaiknya seimbang dengan pemain lokal. Idealnya, dia mengusulkan proporsi 50:50 antara pemain naturalisasi dan pemain asli Indonesia. Menurut Dhani, ini merupakan langkah revolusioner yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing timnas di pentas internasional.
Namun, yang menarik perhatian adalah saran Dhani untuk mencari pemain naturalisasi dari negara-negara yang memiliki ras mirip dengan Indonesia, seperti dari Korea atau Afrika. Ia menyarankan agar PSSI lebih fokus untuk mengurangi jumlah pemain berkulit putih, terutama mereka yang memiliki ciri khas fisik Eropa seperti rambut pirang dan mata biru. Dalam pandangannya, penting untuk memiliki representasi warna kulit yang lebih relevan dengan masyarakat Indonesia.
Lebih lanjut, Ahmad Dhani memberikan usulan lain yang cukup kontroversial. Ia mengusulkan agar PSSI memfasilitasi perjodohan antara pemain sepak bola yang sudah pensiun dengan perempuan Indonesia, dengan harapan anak-anak mereka dapat menjadi penerus generasi pemain timnas. “Mereka yang berusia di atas 40 tahun bisa dijodohkan, apalagi jika mereka Muslim dan memiliki kemungkinan untuk beristri lebih dari satu. Mungkin bisa dipikirkan untuk melibatkan pemain dari Arab atau Maroko,” ungkap Dhani.
Usulan ini memunculkan reaksi dari para hadirin di rapat tersebut. Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, dan Taufik Hidayat, Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga, tampak tertawa mendengar usulan tersebut. Meskipun ada nada lelucon dalam suasana tersebut, tanggapan positif dan serius tetap diperlukan untuk mendiskusikan bagaimana penerapan ide-ide inovatif dalam memperkuat timnas Indonesia.
Dalam konteks sepak bola Indonesia, pembahasan tentang naturalisasi pemain bukanlah hal baru. Beberapa pemain naturalisasi telah berhasil memperkuat timnas, seperti Alberto Goncalves dan Beto Goncalves, yang menunjukkan bahwa kebijakan ini dapat menjadi salah satu langkah strategis dalam memperbaiki performa di lapangan.
Sebagai tambahan, saran Ahmad Dhani untuk menganggarkan rencana tersebut pada tahun 2026 menunjukkan kedalaman visi yang berorientasi masa depan. Jika diterima, ini bisa menjadi langkah awal menuju pembentukan generasi baru pemain yang berkualitas dan dapat diandalkan. Meskipun demikian, perlu ada dialog yang lebih luas mengenai efek jangka panjang dari kebijakan naturalisasi ini terhadap identitas sepak bola Indonesia.
Penting untuk dicatat bahwa ide-ide seperti yang dinyatakan Dhani menantang norma dan bisa menjadi polemik. Namun, dalam dunia sepak bola yang terus berkembang, inovasi dan keberanian untuk berpikir di luar kotak seringkali menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan. Di saat yang sama, PSSI dan Kemenpora perlu melakukan pendekatan yang hati-hati dan terukur dalam mengeksplorasi opsi-opsi yang diusulkan untuk memastikan bahwa komitmen terhadap pengembangan sepak bola Indonesia tetap menjadi prioritas utama.