Hasil Investasi Industri Asuransi Umum Naik 19,8% di 2024!

Industri asuransi umum di Indonesia menunjukkan kinerja yang sangat positif sepanjang 2024, dengan hasil investasi mencapai Rp7,43 triliun. Angka ini mencerminkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 19,8% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6,20 triliun. Kenaikan hasil investasi ini menjadi sorotan penting karena terjadi di tengah kondisi yang tidak sama pada industri asuransi jiwa, yang justru mengalami penurunan.

Data terbaru yang dirilis oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menunjukkan bahwa pendapatan dari hasil investasi di industri asuransi jiwa mengalami kontraksi 24,8% dari Rp31,80 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp23,91 triliun pada tahun 2024. Hal ini menandakan adanya pergeseran dinamis dalam sektor asuransi yang patut dicermati oleh para pelaku industri dan investor.

Wakil Ketua Bidang Riset dan Statistik AAUI, Trinita Situmeang, mencatat bahwa perbedaan hasil investasi antara asuransi umum dan jiwa sangat dipengaruhi oleh strategi investasi dan regulasi yang berlaku. “Alokasi aset untuk perusahaan asuransi umum dan jiwa dapat berbeda bergantung pada peraturan yang diterbitkan oleh OJK,” jelas Trinita dalam konferensi pers di Maipark Ballroom, Gedung Permata Kuningan, Jakarta pada Rabu (5/3).

Sementara itu, analisis lebih dalam mengenai strategi investasi menunjukkan bahwa perusahaan asuransi umum lebih cenderung memilih instrumen investasi dengan risiko rendah, seperti deposito dan surat utang. Trinita mengungkapkan bahwa sepanjang 2024, imbal hasil dari obligasi menunjukkan kinerja yang baik, memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil investasi mereka.

Sebaliknya, industri asuransi jiwa masih bergantung pada investasi di Surat Berharga Negara (SBN) sebagai instrumen utama. Menurut laporan AAJI, dari total investasi industri asuransi jiwa yang saat ini berada di Rp541,40 triliun, kontribusi terbesar datang dari SBN yang meningkat 11,9% dan mencapai total Rp205,03 triliun, atau sekitar 37,9% dari total portofolio investasi. Selain SBN, investasi di saham dan reksa dana masing-masing berkontribusi sebesar 24,7% dan 12,9%.

Dalam konteks ini, Ketua Umum AAUI, Budi Herawan, juga memberikan perhatian terhadap kondisi pasar saham saat ini. Ia menekankan pentingnya melakukan langkah hati-hati dalam upaya untuk meningkatkan hasil investasi, mengingat ketidakpastian yang terjadi di pasar saham, terutama setelah penurunan yang dialami oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

“IHSG turun, tapi rebound-nya kapan tidak tahu, jadi gambling. Nanti kita lihat Q1, barometernya di situ,” ungkap Budi. Ia menilai bahwa keberhasilan pemulihan pasar saham sangat bergantung pada inisiatif dan terobosan yang akan dikeluarkan pemerintah.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil investasi yang signifikan di industri asuransi umum, antara lain:

  1. Strategi Investasi yang Berbeda: Perbedaan dalam alokasi aset antara asuransi umum dan jiwa menciptakan perbedaan hasil investasi.
  2. Kinerja Obligasi: Imbal hasil yang positif dari obligasi berkontribusi pada hasil investasi asuransi umum.
  3. Regulasi OJK: Aturan yang diterapkan oleh OJK berperan penting dalam pengambilan keputusan investasi bagi perusahaan asuransi.
  4. Ketidakpastian Pasar Saham: Penurunan IHSG menyebabkan perusahaan asuransi bersikap lebih konservatif dalam pendekatan investasinya.
  5. Kebergantungan pada SBN: Sektor asuransi jiwa masih mengandalkan SBN sebagai instrumen investasi utama, yang menunjukkan ketidakstabilan dalam hasil investasinya.

Pertumbuhan hasil investasi yang tinggi dalam industri asuransi umum menunjukkan bahwa sektor ini tetap memiliki daya tarik yang kuat bagi investor. Melihat kinerja yang baik ini, pelaku industri diharapkan dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk strategi pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Exit mobile version