
Seorang hakim telah menolak permohonan Elon Musk untuk menghentikan perubahan OpenAI menjadi entitas profit, namun ia dan rekan-rekannya tetap akan mendapatkan kesempatan untuk mengajukan bukti di pengadilan. Dalam dokumen pengadilan yang diajukan pada hari Selasa, Hakim Yvonne Gonzalez Rogers dari Pengadilan Distrik AS menyatakan bahwa permintaan Musk untuk mendapatkan perintah penghentian tersebut adalah “luar biasa dan jarang diberikan”. Meskipun demikian, hakim menyatakan bahwa jeda yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus lainnya bisa dipercepat hingga tahun 2025, mengingat “kepentingan publik yang dipertaruhkan”.
Musk dan rekan-rekannya, termasuk startup xAI yang didirikannya serta mantan anggota dewan OpenAI Shivon Zilis, kini akan mempersiapkan diri untuk tampil di pengadilan. Meski demikian, Gonzalez Rogers memperkirakan bahwa kasus tersebut mungkin tidak siap untuk diadili hingga tahun 2027 atau 2028.
Latar belakang kasus ini berakar dari perubahan yang dilakukan oleh OpenAI, di mana perusahaan yang dikenal sebagai pembuat ChatGPT itu berencana mengadopsi struktur korporasi yang lebih tradisional. Pada bulan November, tim hukum Musk mengajukan gugatan yang diperbarui terhadap OpenAI, menyertakan tuntutan untuk perintah awal yang mencegah reorganisasi tersebut. Dalam gugatan ini, mereka menambahkan tuduhan pelanggaran antimonopoli, serta memasukkan Microsoft sebagai tergugat.
Berikut adalah beberapa poin penting mengenai situasi ini:
– Permohonan Musk untuk menghentikan restrukturisasi OpenAI ditolak oleh hakim dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk permohonan yang jarang disetujui.
– Pengadilan bersedia mempercepat proses persidangan untuk klaim berbasis kontrak yang saling terkait, dengan mengedepankan kepentingan publik.
– Musk dan tim hukumnya menuduh bahwa hubungan dekat OpenAI dengan Microsoft memberikan keuntungan tidak adil dan menghambat persaingan di ruang kecerdasan buatan (AI).
– Tanggapan dari OpenAI menyatakan mereka menyambut keputusan pengadilan tersebut dan menekankan perlunya persaingan yang sehat dalam industri ini.
Pertikaian antara Musk dan Sam Altman, salah satu pendiri OpenAI, telah berlangsung lama. Musk meninggalkan perusahaan ini pada tahun 2018 setelah perselisihan mengenai arah yang diambil OpenAI. Belakangan, ia menuduh OpenAI telah meninggalkan misi nonprofitnya. Dalam konteks terbaru, Musk pernah memimpin usaha senilai $97,4 miliar untuk mengambil alih OpenAI, namun upayanya tersebut ditolak oleh dewan perusahaan.
Pernyataan dari pengacara Musk, Marc Toberoff, mempertegas keinginannya agar OpenAI kembali menjadi organisasi yang fokus pada sumber terbuka dan keselamatan. Dalam sebuah wawancara pada bulan Februari, Altman menyatakan bahwa tindakan Musk mungkin merupakan upaya untuk memperlambat kemajuan OpenAI yang kini bersaing dengan xAI milik Musk.
Sementara itu, Musk tampaknya menempatkan kepentingan pribadinya di atas misi OpenAI, sebagaimana diungkap oleh juru bicara OpenAI. Mereka menegaskan bahwa upaya Musk untuk mengadakan merger antara OpenAI yang berorientasi profit dengan Tesla tidak sejalan dengan tujuan misi perusahaan atau kepentingan nasional.
Dengan penolakan hakim terhadap permohonan Musk, bisa dipastikan bahwa pertikaian ini akan terus berlanjut di ruang pengadilan dalam waktu dekat. Sementara itu, industri AI dan semua pihak yang terlibat menyaksikan perkembangan ini dengan penuh perhatian, mengingat dampaknya yang luas terhadap dinamika persaingan di sektor teknologi.