Gejala Hipotermia dan Pemicunya: Penyebab Tragedi Pendaki Carstensz

Dua pendaki perempuan, Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, ditemukan meninggal dunia saat mendaki Puncak Carstensz, Papua. Keduanya diduga terkena hipotermia, suatu kondisi serius yang dapat mengancam nyawa akibat penurunan suhu tubuh. Kejadian ini mengingatkan kita akan bahaya yang dihadapi oleh para pendaki, terutama dalam kondisi cuaca yang ekstrem.

Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh seseorang turun di bawah batas normal, yaitu antara 36,5-37,5 derajat Celsius. Menurut data dari Palangkaraya.go.id, ada tiga tingkat keparahan hipotermia berdasarkan suhu tubuh: ringan (32-35 derajat Celsius), sedang (28-32 derajat Celsius), dan berat (di bawah 28 derajat Celsius). Kondisi ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera.

Pemicunya bisa bermacam-macam, seperti:

1. Cuaca dingin yang ekstrem.
2. Terpapar angin dalam waktu lama.
3. Tidak mengenakan pakaian pelindung yang cukup.
4. Terendam dalam air dingin terlalu lama.
5. Kelelahan atau dehidrasi.

Berdasarkan informasi dari Siloam Hospital, gejala hipotermia pun bervariasi berdasarkan tingkat keparahan. Gejala hipotermia ringan termasuk:

– Menggigil dan pucat.
– Mati rasa.
– Napas cepat.
– Mengantuk.
– Takikardia (detak jantung cepat).
– Kulit dingin saat disentuh.

Ketika memasuki tahap sedang, seseorang mungkin mengalami:

– Kesadaran menurun.
– Napas lambat.
– Inkontinensia urine.
– Penurunan tekanan darah.
– Berhenti menggigil, yang merupakan sinyal bahaya.

Gejala hipotermia berat mencakup:

– Tidak merespons rangsangan.
– Kaku otot.
– Denyut nadi semakin lambat.
– Pernapasan melemah.
– Hilang kesadaran atau bahkan henti jantung.

Komplikasi yang muncul akibat hipotermia juga cukup serius. Sebagai contoh, gangguan pernapasan dapat terjadi ketika seseorang bernapas lebih cepat dan mengalami hiperventilasi. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Selain itu, hipotermia memperburuk fungsi jantung, yang bisa menyebabkan aritmia dan bahkan henti jantung akibat kekurangan oksigen.

Turunnya tekanan darah juga menjadi masalah, menyebabkan aliran darah ke organ tubuh lainnya terhambat. Gangguan pada sistem saraf seperti amnesia, kejang, dan penurunan kesadaran bisa muncul, dan dalam kasus terburuk, hipotermia dapat mengakibatkan kematian.

Kasus tewasnya Lilie dan Elsa menjadi pelajaran berharga bagi para pendaki lainnya. Kondisi lingkungan yang ekstrem di Puncak Carstensz, yang dikenal dengan suhu dingin yang tajam, menjadikan pemahaman tentang gejala dan pencegahan hipotermia sangat penting. Pendaki disarankan untuk mempersiapkan diri dengan baik, mengenakan pakaian yang cukup hangat, serta memahami betul batas kemampuannya saat menghadapi kondisi cuaca yang kurang mendukung.

Dari insiden ini, ada urgensi untuk meningkatkan kesadaran akan risiko hipotermia di kalangan para pendaki. Setiap pendaki harus memahami gejala dan pencegahan untuk menjaga keselamatan diri saat mengeksplorasi gunung. Selain itu, pentingnya pengalaman dan pengetahuan dalam pendakian tidak boleh dianggap remeh, mengingat alam bisa menjadi sangat berbahaya jika kita tidak siap.

Berita Terkait

Back to top button