Kabar duka menyelimuti dunia hiburan Indonesia saat aktris senior Titiek Puspa berpulang pada Kamis, 10 April 2025, akibat pendarahan otak di bagian kiri. Selama lebih dari enam dekade, Titiek Puspa telah menjadi ikon di industri perfilman Indonesia, dan kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang, termasuk keluarga, kerabat, serta para penggemarnya.
Pendarahan otak adalah salah satu kondisi medis serius yang bisa terjadi secara tiba-tiba, sering kali tanpa peringatan. Ketika terjadi, pendarahan ini dapat mempengaruhi aliran darah ke sel-sel otak, menyebabkan kerusakan yang signifikan. Menurut informasi dari WebMD, pendarahan otak merupakan jenis stroke yang terjadi ketika pembuluh darah di otak yang lemah pecah, menyisakan dampak yang berpotensi fatale. Situasi ini menjadi penting untuk diketahui, terutama dalam konteks seperti yang dialami oleh mendiang Titiek Puspa.
Ada beberapa jenis pendarahan otak yang perlu diketahui, yang dikelompokkan menjadi dua kategori utama. Pertama adalah pendarahan yang terjadi di luar jaringan otak, termasuk:
- Perdarahan epidural: Terjadi di antara tulang tengkorak dan membran dura mater.
- Perdarahan subdural: Terjadi di antara dura mater dan membran araknoid.
- Perdarahan subaraknoid: Terjadi di antara membran araknoid dan pia mater.
Kedua, terdapat juga pendarahan yang terjadi di dalam jaringan otak itu sendiri:
- Perdarahan intraserebral: Pendarahan yang terjadi di dalam jaringan otak, termasuk di lobus, batang otak, dan serebelum.
- Perdarahan intraventrikular: Terjadi di dalam ventrikel otak, bagian yang memproduksi cairan serebrospinal yang melindungi otak.
Penyebab pendarahan otak merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Data dari NYP.org mencatat beberapa penyebab, antara lain:
- Cedera kepala: Ini adalah penyebab utama pendarahan otak pada individu di bawah usia 50 tahun.
- Tekanan darah tinggi: Bisa melemahkan dinding pembuluh darah dan memicu terjadinya perdarahan.
- Aneurisma: Pembuluh darah yang melebar dan dapat pecah sewaktu-waktu.
- Kelainan pembuluh darah (AVM): Pembuluh darah yang lemah dan bisa berisiko tinggi untuk pecah.
- Amiloid angiopati: Umumnya dialami oleh lansia, menyebabkan perdarahan kecil yang dapat membesar.
- Gangguan darah: Seperti hemofilia atau anemia sel sabit, serta penggunaan obat pengencer darah.
- Penyakit hati: Dapat meningkatkan risiko gangguan pembekuan darah.
- Tumor otak: Juga dapat meningkatkan risiko perdarahan.
Menanggapi kasus mendiang Titiek Puspa, penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala perdarahan otak, yang biasanya meliputi sakit kepala mendadak, kesulitan berbicara, kehilangan keseimbangan, dan kesulitan bergerak. Segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala tersebut sangat vital untuk meningkatkan peluang pemulihan.
Pencegahan pendarahan otak dapat dilakukan dengan mengelola faktor risiko yang ada. Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil, seperti yang dilansir dari Draohospitals.com, antara lain:
- Kendalikan tekanan darah tinggi: Ini adalah langkah preventif yang paling krusial.
- Hindari cedera kepala: Upaya ini termasuk mengenakan pelindung kepala saat beraktivitas berisiko.
- Pertimbangkan operasi korektif: Untuk kondisi medis tertentu yang berisiko tinggi.
- Waspadai penggunaan obat pengencer darah: Penggunaan obat ini harus di bawah pengawasan dokter.
- Konsumsi makanan sehat: Sebuah pola makan sehat berkontribusi pada kesehatan keseluruhan, termasuk kesehatan otak.
Dengan mengenali gejala dan penyebab pendarahan otak, kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang tercinta. Kesadaran ini menjadi penting, terutama dalam menjawab tantangan kesehatan yang semakin kompleks di masa kini.