Film dokumenter asal Palestina berjudul "No Other Land" baru-baru ini meraih penghargaan Oscar untuk kategori film fitur dokumenter terbaik, sebuah pencapaian yang sangat signifikan baik bagi sineas Palestina maupun untuk pengakuan terhadap isu-isu yang dihadapi masyarakat di kawasan itu. Film ini menceritakan kisah komunitas Masafer Yatta yang terletak di Tepi Barat, menggambarkan perjuangan warga Palestina melalui lensa para aktivis dan jurnalis dari kedua belah pihak, termasuk Basel Adra, seorang aktivis Palestina, dan Yuval Abraham, seorang jurnalis Israel.
Dalam sebuah wawancara, Basel Adra menjelaskan, “Film ini menceritakan kenyataan pahit yang telah kami alami selama beberapa dekade, dan kami menolak untuk membiarkannya terus berlanjut.” Dia menyatakan bahwa pembuat film ingin menyampaikan pesan bahwa suara mereka, baik Palestina maupun Israel, lebih kuat ketika bersatu. “Kehancuran kejam di Gaza dan rakyatnya harus diakhiri. Para sandera Israel yang disandera pada tanggal 7 Oktober harus dibebaskan,” tambah Abraham di hadapan penonton yang memberi tepuk tangan meriah.
Peristiwa yang terjadi pada 7 Oktober 2023, yang mencetuskan gelombang kekerasan antara Hamas dan Israel, berdampak besar pada kehidupan banyak orang. Dalam tahun pertama pertempuran, ratusan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa, dan kemungkinan banyak orang yang terjebak dalam konflik ini akan terus meningkat. Dalam konteks ini, film "No Other Land" hadir sebagai sebuah bentuk refleksi dan peringatan akan dampak berkepanjangan dari pertempuran yang menyedihkan ini.
Salah satu tema kunci dalam film adalah pengusiran warga Palestina dari tanah air mereka, yang terjadi secara sistematis di Masafer Yatta. Lokasi ini telah menjadi pusat perhatian dunia internasional terhadap praktik penggusuran dan pengungsian yang dilakukan oleh pihak Israel. Dengan mengangkat isu ini, "No Other Land" menawarkan gambaran menakutkan tentang kehancuran yang dialami oleh komunitas lokal dan menggambarkan dampak sosial dan psikologis yang dirasakan warga sekitar.
Film ini juga menyoroti persahabatan yang tidak terduga antara dua pembuat film dari latar belakang yang berbeda. Momen ini menandakan bahwa meskipun terbelah oleh konflik, ada harapan akan dialog dan pemahaman yang bisa muncul dari pengertian satu sama lain.
Berikut adalah beberapa poin utama yang diangkat dalam film "No Other Land":
-
Kisah Masafer Yatta: Film ini menggambarkan bagaimana warga Palestina terus berjuang untuk mempertahankan tanah mereka dari pengusiran oleh otoritas Israel.
-
Kehidupan di Tengah Konflik: "No Other Land" menampilkan kejamnya pertempuran yang mengakibatkan banyak korban sipil, memberikan wajah manusia kepada tragedi yang kerap terlewat dari liputan media mainstream.
-
Pesan Kesatuan: Dalam film ini, aktivis Palestina dan jurnalis Israel menunjukkan bagaimana kolaborasi mereka dapat memperkuat pesan perdamaian dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
-
Refleksi Pribadi: Basel Adra, baru-baru ini menjadi seorang ayah, menekankan harapannya agar putrinya tidak mengalami kehidupan yang sama dengan yang dia jalani. Ini menunjukkan keinginan untuk mengakhiri siklus kekerasan yang sudah berlangsung lama.
- Perkembangan Terkini: Dalam konteks kekerasan yang sedang berlangsung, film ini juga menyentuh informasi terbaru tentang sandera Israel yang masih terjebak di Gaza, di mana negosiasi untuk pembebasan mereka masih berlangsung.
"No Other Land" bukan hanya sekedar film dokumenter, melainkan sebuah seruan untuk perhatian global terhadap isu-isu kemanusiaan yang dihadapi di Palestina dan Israel. Melalui penceritaannya yang kuat, film ini berharap dapat membuka mata dan hati orang-orang di seluruh dunia tentang pentingnya mencari solusi damai di tengah konflik yang telah berlangsung terlalu lama.