Literasi

Eccedentesiast Adalah: Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental

Apa Itu Eccedentesiast?

Eccedentesiast adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menyembunyikan kesedihan di balik senyuman. Menurut Urban Dictionary, eccedentesiast adalah individu yang tidak ingin menunjukkan rasa sedihnya, dan memilih untuk “bersembunyi” di balik topeng senyum. Orang dengan perilaku ini berusaha keras untuk terlihat bahagia di hadapan orang lain, meskipun sebenarnya mereka memiliki masalah yang cukup berat di dalam hidupnya. Kondisi ini tidak hanya dialami oleh remaja yang menghadapi masa perubahan hormonal, tetapi juga oleh orang dewasa. Perilaku ini sering kali berkaitan dengan kesulitan dalam mengekspresikan emosi, sehingga individu memilih untuk berpura-pura bahagia.

Ciri khas dari perilaku eccedentesiast adalah munculnya kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disukai. Perasaan bersalah atas masalah yang dihadapi dapat berkembang menjadi perasaan tidak berharga dan putus asa. Dalam kondisi yang lebih serius, perilaku ini mirip dengan “smiling depression”, yang merupakan gangguan mental yang sering terjadi tetapi sulit dikenali.

Dampak Perilaku Eccedentesiast Pada Kesehatan Mental

Penting untuk dipahami bahwa perilaku eccedentesiast dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan mental seseorang, terutama jika dilakukan secara terus-menerus. Menyembunyikan emosi yang sebenarnya dapat menyebabkan tekanan mental yang meningkat, karena individu tidak merasa bebas untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Kesehatan mental yang buruk dapat berdampak pada kesehatan fisik, dan berikut adalah beberapa dampak perilaku eccedentesiast:

  • 1. Memberikan Lebih Banyak Tekanan Pada Dalam Diri: Individu yang berperilaku eccedentesiast sering kali merasa bahwa afirmasi positif yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Akibatnya, mereka dapat merasa lebih tertekan dan terjebak dalam perasaan negatif.
  • 2. Menghindari Kenyataan yang Ada: Dengan tersenyum meskipun merasa sedih, individu cenderung menghindari realitas yang harus dihadapi. Ini justru dapat memperburuk keadaan mental mereka.
  • 3. Memperpanjang Masalah: Dengan hanya berpura-pura bahagia, masalah yang dihadapi tidak akan terselesaikan. Ini dapat menghambat individu untuk mencari bantuan atau dukungan dari lingkungan sekitar.
  • 4. Meningkatkan Risiko Mengembangkan Kebiasaan Buruk: Para karyawan yang berperilaku eccedentesiast di tempat kerja sering kali merasa tertekan setelah pulang kerja, dan beberapa dari mereka ikut terjebak dalam kebiasaan buruk seperti mengonsumsi alkohol sebagai pelampiasan.
  • 5. Dapat Berbahaya Bagi Suatu Hubungan yang Tengah Dijalaninya: Menyembunyikan rasa sedih dapat menyebabkan ketidakpercayaan dalam hubungan. Ketika satu pihak tidak berbagi beban emosional, hubungan dapat mengalami keretakan yang signifikan dan berpotensi menyebabkan kehilangan dukungan emosional dari pasangan.

Mekanisme Pertahanan Ego Dalam Bentuk Pura-Pura Bahagia

Dalam beberapa kasus, perilaku eccedentesiast dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego. Mekanisme ini adalah cara alami yang digunakan individu untuk melindungi diri dari stres atau ancaman emosional. Salah satu teori terkenal tentang mekanisme pertahanan ini berasal dari Sigmund Freud, yang menjelaskan bahwa individu menggunakan strategi ini untuk bertahan melawan konflik antara dorongan naluri (id) dan norma sosial (superego).

Menurut sebuah penelitian tentang “Mekanisme Pertahanan Ego Dalam Bentuk Pura-Pura Bahagia di Kalangan Generasi Z dan Y”, individu yang tergolong dalam kedua generasi ini sering menggunakan perilaku eccedentesiast sebagai cara untuk menghadapi nutrisi emosional mereka. Penelitian menunjukkan bahwa generasi Z cenderung menahan perasaan cemas dan lebih suka mengatakan “tidak apa-apa” meskipun sedang merasa sedih. Hasilnya menunjukkan bahwa 71,4% dari mereka memilih untuk tidak mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

Hal ini menunjukkan bahwa, tanpa disadari, banyak individu yang merasa perlu untuk bersembunyi di balik senyuman. Ini bisa menjadi cara bagi mereka untuk menghindari realitas yang menyakitkan sambil mencari cara untuk menyesuaikan diri dengan harapan di sekitar mereka. Walaupun mekanisme pertahanan ego dapat berfungsi dalam konteks tertentu, penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan masalah yang lebih besar bagi kesehatan mental individu.

Oleh karena itu, penting bagi siapapun yang merasakan tekanan emosional untuk tidak ragu untuk mencari dukungan. Berbicara tentang perasaan dengan orang yang terpercaya – apakah itu teman, keluarga, atau profesional – dapat membantu ringan beban emosional yang tersimpan. Mengingat bahwa setiap perasaan, baik positif maupun negatif, adalah valid, penting untuk mendiskusikannya alih-alih menyimpannya sendirian. Tanpa disadari, dengan membiarkan perasaan terpendam, individu dapat memperburuk keadaan mental mereka dan mencegah penyelesaian masalah yang dihadapi.

Spada adalah penulis di situs spadanews.id. Spada News adalah portal berita yang menghadirkan berbagai informasi terbaru lintas kategori dengan gaya penyajian yang sederhana, akurat, cepat, dan terpercaya.

Berita Terkait

Back to top button