
Sikap defensif sering kali muncul sebagai respons terhadap kritik atau ancaman terhadap ego kita. Secara etimologis, kata “defensif” berasal dari bahasa Inggris “defensive,” yang berarti “bertahan.” Dalam konteks psikologi, sikap defensif merujuk pada perilaku yang bertujuan melindungi diri dari serangan, baik secara fisik maupun emosional. Sikap ini bisa terlihat dalam berbagai bentuk, mulai dari mengalihkan pembicaraan hingga menyalahkan orang lain sebagai cara untuk mempertahankan diri dari pengakuan kesalahan atau pengalaman yang menyakitkan.
Pengertian Sikap Defensif
Sikap defensif pada dasarnya adalah upaya untuk melindungi diri dari kritik atau ancaman. Hal ini berfungsi sebagai mekanisme pertahanan utama dalam psikologi. Saat seorang individu merasa terancam, entah oleh kata-kata atau tindakan orang lain, mereka akan cenderung bereaksi dengan bersikap defensif. Contoh konkret dari sikap ini dapat dilihat ketika seseorang menerima kritik, di mana mereka mungkin tidak mau mendengarkan atau mencoba membela diri dengan menunjukkan kesalahan orang lain. Pada dasarnya, seseorang yang defensif berusaha untuk melindungi ego dan identitas mereka, dengan tujuan agar orang lain tetap memiliki penilaian positif terhadap diri mereka.
Tujuan dari Sikap Defensif
Setiap perilaku memiliki tujuan tertentu, begitu pula dengan sikap defensif. Tujuan utama bersikap defensif adalah untuk menghindari rasa malu atau sakit hati yang disebabkan oleh kritik. Dengan mengalihkan perhatian pada kesalahan orang lain, individu yang defensif dapat merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri di saat itu. Meski demikian, tujuan jangka pendek ini sering kali membawa dampak buruk untuk jangka panjang. Perilaku defensif dapat menciptakan lingkaran setan, di mana kritik berlanjut dan komunikasi efektif terganggu, yang pada akhirnya hanya mengarah pada perasaan ketidakpuasan dan frustrasi.
Tanda-Tanda Sikap Defensif
Untuk dapat mengenali sikap defensif, penting untuk mengidentifikasi tanda-tandanya. Beberapa tanda umum sikap defensif meliputi:
- Tidak mau mendengarkan pandangan orang lain.
- Menyalahkan orang lain atas kritikan yang diberikan.
- Mengeluarkan alasan atas kritikan yang diterima.
- Menuduh orang lain bersikap sama.
- Mencoba mencari pembenaran atas perilaku yang dikritik.
- Membawa-bawa kesalahan masa lalu orang lain.
- Menyatakan bahwa orang lain tidak seharusnya merasa atau berperilaku seperti itu.
Mengetahui tanda-tanda ini dapat membantu kita untuk lebih waspada terhadap sikap defensif baik dalam diri sendiri maupun orang lain.
Penyebab Seseorang Bersikap Defensif
Penyebab utama dari sikap defensif berkaitan dengan pengalaman masa lalu. Banyak dari kita mengembangkan perilaku defensif sepanjang hidup, terutama pada masa kanak-kanak ketika kita belajar dari contoh-contoh di sekitar. Ketika individu merasa diancam, baik dalam konteks pribadi maupun sosial, mereka seringkali merespons dengan defensif sebagai cara untuk melindungi diri. Sikap ini bukan muncul dari niat jahat, melainkan akibat ketidakamanan yang mendalam. Namun, apa pun penyebabnya, defensif sering kali merugikan baik bagi individu maupun hubungan yang mereka miliki dengan orang lain.
Jenis-Jenis Sikap Defensif
Sikap defensif dapat bervariasi dalam bentuk dan manifestasinya. Berikut adalah beberapa jenis sikap defensif yang umum terjadi:
1. Serangan Ad Hominem
Ini adalah ketika seseorang menyerang karakter atau sifat pribadi orang yang memberikan kritik, bukan menjawab argumen mereka. Hal ini bertujuan untuk mendiskreditkan kritik tanpa benar-benar menjawabnya.
2. Mengungkit Masa Lalu
Perilaku ini melibatkan pemanggilan kesalahan atau kelemahan orang lain di masa lalu sebagai reaksi terhadap kritik saat ini.
3. Silent Treatment
Bentuk defensif ini merujuk pada perilaku di mana seseorang memilih untuk tidak berbicara atau berinteraksi dengan orang yang memberikan kritik, sebagai cara untuk membalas.”+
4. Gaslighting
Ini adalah teknik manipulasi di mana pelaku berusaha membuat orang lain meragukan pengalaman dan ingatan mereka sendiri, sehingga mengalihkan perhatian dari kritik yang diterima.
5. Menyalahkan
Pada tahap ini, individu cenderung mengalihkan kritikan kepada orang lain, bukannya mengakui kesalahan mereka sendiri.
6. Righteous Indignation
Perilaku ini muncul ketika seseorang menunjukkan kemarahan atas kritik yang dianggap tidak pantas, biasanya untuk mengalihkan pembicaraan dari kesalahan mereka sendiri.
7. Innocent Victim
Situasi di mana seseorang bertindak seperti korban berlebihan setelah menerima kritik, untuk mendapatkan simpati dari orang lain dan menghentikan diskusi.
Dampak dari Bersikap Defensif
Defensif bisa memiliki berbagai dampak negatif, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional. Beberapa dampak tersebut antara lain:
1. Memengaruhi Hubungan Individu atau Kelompok
Sikap defensif dapat merusak hubungan dengan individu atau kelompok yang berinteraksi. Pengulangan defensif dalam komunikasi dapat menyebabkan kerenggangan dan ketidakharmonisan dalam hubungan.
2. Menciptakan Lingkungan Tegang
Lingkungan yang dipenuhi dengan defensif dapat berujung pada ketegangan yang tidak sehat, baik dalam hubungan romantis, pertemanan, maupun di tempat kerja.
3. Dapat Menciptakan Rasa Tidak Percaya
Perilaku defensif dapat menumbuhkan ketidakpercayaan di antara individu atau kelompok, menghalangi komunikasi yang efektif dan pengertian mutual.
Strategi Kendali untuk Mengurangi Sikap Defensif
Untuk mengurangi sikap defensif, beberapa strategi dapat diterapkan. Langkah-langkah ini meliputi:
1. Sadarilah Sikap Defensif Kita
Penting untuk menyadari saat-saat ketika kita bersikap defensif. Pencatatan perasaan dalam jurnal dapat membantu kita menganalisis reaksi terhadap kritik.
2. Validasi Perasaan
Akui perasaan yang muncul saat menerima kritik dan jangan merasa bersalah atasnya. Memvalidasi perasaan dapat menurunkan ketekunan defensif.
3. Hindari Bertindak Berdasarkan Perasaan Semata
Setelah menyadari perasaan defensif, langkah selanjutnya adalah tidak bereaksi secara impulsif. Berikan diri waktu untuk merespons dengan bijak.
4. Menyelaraskan Diri dengan Nilai Diri
Refleksikan tindakan Anda dan sesuaikan dengan nilai-nilai pribadi yang dipegang. Tentukan bagaimana Anda ingin berperilaku dalam situasi tertentu.
5. Tingkatkan Keterampilan Komunikasi
Latih komunikasi yang efektif dengan menghindari konflik dan bersikap langsung tentang perasaan Anda. Ini akan meminimalisir ketegangan dalam situasi sulit.
Cara Merespon Seseorang yang Bersikap Defensif
Jika Anda berhadapan dengan orang yang defensif, ada beberapa cara untuk merespons:
1. Mencari Jalan Tengah
Cobalah menemukan solusi yang saling menguntungkan untuk menciptakan komunikasi yang positif.
2. Bersikap Tenang
Mempertahankan ketenangan saat berbicara tentang masalah dapat membantu meredakan ketegangan.
3. Menghindari Reaksi Berupa Pembelaan
Hindari terjebak dalam siklus defensif dengan tidak membalas bentuk pembelaan dari orang lain. Fokuslah pada komunikasi yang konstruktif.
Memahami sikap defensif dan cara-cara untuk mengatasinya sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat dan efektif. Sikap yang defensif, meskipun memiliki tujuan untuk melindungi, sering kali menimbulkan dampak negatif yang lebih besar. Dengan pendekatan yang tepat, individu dapat belajar untuk mengendalikan reaksi defensif mereka dan berkomunikasi dengan lebih baik, menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dalam hubungan sehari-hari.