
Charlie Javice, pendiri perusahaan startup pendidikan Frank, tengah menghadapi proses peradilan di pengadilan federal di Manhattan, terkait tuduhan penipuan yang diduga dilakukan terhadap JPMorgan Chase (JPMC) hingga mencapai $175 juta. Salah satu momen yang menjadi sorotan adalah ketika tim pembela berjuang keras untuk melarang juri mengetahui bahwa Javice pernah menyebut co-defendant-nya, Olivier Amar, sebagai "partner in crime" dalam sebuah pesan teks.
Pesan yang dikirim oleh Javice pada Oktober 2021 itu mencerminkan hubungan dinamis antara keduanya. Dalam pesan tersebut, Javice mengekspresikan pujiannya kepada Amar, "My comment is ur the best partner in crime," yang diakhiri dengan emoji senyum. Namun, jaksa penuntut menilai kalimat ini tidak bisa dianggap sepele. Mereka berpendapat bahwa pernyataan tersebut menunjukkan "kesadaran yang tenang akan rasa bersalah" dan semakin memperkuat dugaan adanya kolusi antara Javice dan Amar untuk menipu JPMorgan.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami beberapa poin kunci terkait kasus ini:
Uraian Kasus: Javice dan Amar dituduh berkonspirasi untuk mengakali salah satu bank terbesar di Amerika dengan menjual data mahasiswa yang mereka klaim sebagai pengguna Frank. Merger antara Frank dan JPMorgan terjadi pada September 2021 atas klaim bahwa mereka memiliki lebih dari 4 juta pengguna, sementara fakta sebenarnya adalah hanya sekitar 300.000 pengguna.
Peran JPMorgan: Setelah akuisisi, JPMC berharap dapat memasarkan produk banknya kepada mahasiswa. Namun, satu tahun setelah akuisisi, bank tersebut menyadari bahwa data pengguna yang mereka beli tidak sesuai dengan klaim.
Proses Hukum: Pada November 2022, JPMorgan menghentikan hubungan dengan kedua terdakwa setelah mendapati dugaan penipuan tersebut, diikuti dengan gugatan terhadap Javice yang diajukan pada bulan Desember dan indikasi formal pada musim semi 2023. Jika terbukti bersalah, mereka dapat menghadapi hukuman maksimal 30 tahun penjara.
- Pertahanan Hukum: Tim pembela berargumen bahwa pernyataan Javice merupakan lelucon, termasuk dalam konteks bahwa mereka sedang membahas ulasan yang "palsu." Mereka juga menekankan bahwa JPMorgan seharusnya melakukan uji tuntas yang lebih mendalam sebelum menyetujui akuisisi.
Jaksa penuntut juga menyoroti bahwa pesan teks yang melibatkan percakapan antara Javice dan Amar ini relevan dan dapat diterima sebagai bukti dalam proses hukum. Mereka menggambarkan pertukaran ini sebagai indikasi dari hubungan dekat yang dimiliki oleh kedua terdakwa, yang hanya berlangsung dua bulan setelah pembelian Frank.
Pertengahan pekan ini, saat testimoni dari saksi-saksi dimulai, pihak jaksa mengaku akan menyelesaikan penyajian bukti mereka setelah minggu ini. Sementara itu, tim pembela untuk Javice dan Amar masih belum memastikan apakah mereka akan menghadirkan saksi dalam persidangan.
Ketegangan semakin meningkat di pengadilan saat proses ini berlangsung, dengan banyak yang memperhatikan bagaimana pernyataan dan komunikasi pribadi akan mempengaruhi hasil akhir dari kasus yang melibatkan satu di antara nama-nama baru yang paling mencolok dalam dunia teknologi pendidikan ini. Seiring berjalannya waktu, keputusan mengenai keabsahan bukti-bukti yang diajukan akan sangat menentukan masa depan Javice dan Amar, serta integritas sektor startup yang mereka representasikan.