
Bursa kripto Bybit dilaporkan diduga menjadi korban peretasan oleh kelompok peretas yang terkait dengan Korea Utara. Serangan ini diindikasikan didanai oleh negara dan memiliki dampak yang sangat besar bagi industri kripto. Menurut informasi yang dihimpun dari CNBC, peretasan ini melibatkan kelompok Lazarus, yang dikenal luas sebagai komplotan peretas yang disponsori oleh pemerintah Korea Utara. Kelompok ini terkenal karena keberhasilannya dalam mencuri miliaran dolar dari berbagai platform mata uang kripto.
Tom Robinson, Kepala Ilmuwan di Elliptic, mengungkapkan bahwa serangan terhadap Bybit secara langsung terkait dengan aktivitas Lazarus Group. “Kami telah memberi label alamat pencuri di perangkat lunak kami untuk membantu mencegah dana ini dicairkan melalui bursa lain,” ungkap Robinson. Hal ini menunjukkan upaya untuk menghalangi pergerakan dana curian ke dalam sistem finansial yang sah.
Penipuan yang dilakukan oleh Lazarus Group tidaklah baru. Sejak 2017, kelompok ini telah menargetkan beberapa bursa kripto dengan modus operandi yang canggih. Dalam aksi mereka pada tahun 2017, Lazarus berhasil mencuri lebih dari $200 juta dalam bentuk bitcoin dari empat bursa di Korea Selatan. Keahlian mereka dalam mengeksploitasi kerentanan platform kripto menciptakan risiko yang terus-menerus bagi industri ini. “Semakin sulit kita mendapatkan keuntungan dari kejahatan seperti ini, semakin jarang kejahatan itu terjadi,” tambah Robinson.
Informasi terbaru mengungkapkan bahwa seorang peretas berhasil mengambil alih salah satu dompet Ethereum off-line Bybit. Diperkirakan aset senilai sekitar $1,46 miliar atau setara dengan Rp23,8 triliun telah berpindah dari dompet tersebut dalam serangkaian transaksi yang mencurigakan. Analis on-chain, ZachXBT, mengkonfirmasi arus keluar tersebut melalui postingan di Telegram.
Selain itu, firma riset Arkham Intelligence menyatakan bahwa sekitar $1,4 miliar telah keluar dari bursa Bybit dan pindah ke alamat baru, di mana dana tersebut dijual. Insiden ini menjadi salah satu pencurian kripto terbesar yang pernah terjadi, melampaui pencurian senilai $611 juta dari Poly Network pada tahun 2021. Rob Behnke, pendiri dan CEO Halborn, menekankan bahwa ini bisa jadi insiden terbesar dalam sejarah kejahatan kripto.
Dalam konteks yang lebih luas, peretasan ini menjadi sorotan utama di industri kripto, mengingat jumlah dana yang terlibat dan kompleksitas operasional dari kelompok peretas yang beraksi. Industri kripto telah menghadapi serangan serupa sebelumnya, tetapi insiden Bybit menunjukkan bahwa risiko pencurian skala besar masih menjadi ancaman yang nyata.
Berbagai langkah pencegahan dan keamanan telah diambil oleh platform-platform kripto untuk melindungi aset pengguna. Namun, keberadaan kelompok seperti Lazarus Group menandakan tantangan tetap ada. Para ahli industri mengingatkan bahwa pengawasan terhadap aktivitas pencucian uang dan transaksi mencurigakan harus terus dilakukan untuk mengurangi potensi kerugian.
Kemungkinan bahwa peretasan ini adalah bagian dari upaya lebih besar oleh negara Korea Utara untuk mendanai rezim mereka melalui pencurian aset digital seharusnya mendorong semua pihak, baik regulator maupun pengguna, untuk lebih waspada. Ini bukan hanya sekadar insiden peretasan biasa, tetapi mengarah pada pertanyaan lebih dalam mengenai keamanan dan kepercayaan dalam ekosistem keuangan digital.
Dengan semakin meningkatnya ketergantungan pada teknologi dan mata uang digital, penting bagi para pemangku kepentingan untuk memahami dan mengadopsi langkah-langkah preventif yang memadai. Kejadian tersebut menjadi pengingat bahwa seiring dengan kemajuan teknologi, risiko yang dihadapi juga semakin kompleks.