Harga Bitcoin mengalami volatilitas yang mencapai puncaknya dalam enam bulan terakhir, didorong oleh ketidakpastian ekonomi di AS dan berbagai faktor makroekonomi yang menekan pasar. Menurut data dari CoinGlass, volatilitas Bitcoin selama 30 hari terakhir tercatat sebesar 3,6% pada hari Rabu, meningkat signifikan dari 1,6% sebulan sebelumnya. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan puncak tahun lalu yang mencapai 4,3%, peningkatan ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga Bitcoin kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat.
Beberapa analis, termasuk Greg Magadini dari Amberdata, telah mengaitkan volatilitas ini dengan ketidakpastian yang dihadirkan oleh kebijakan perdagangan yang dikeluarkan oleh mantan Presiden Trump serta kekhawatiran akan inflasi. Magadini menegaskan bahwa lingkungan volatilitas tinggi ini kemungkinan akan berlanjut sampai ada kejelasan lebih lanjut tentang dampak tarif terhadap inflasi dan suku bunga. Dalam sebulan terakhir, harga Bitcoin sudah jatuh sekitar 10% dan lebih dari 20% dari harga tertinggi sepanjang masa di atas $108.000 yang tercatat pada bulan Januari.
Sementara itu, indeks volatilitas CBOE (VIX), yang mengukur ketakutan di pasar, baru-baru ini melonjak hampir mencapai angka 30, yang merupakan level tertinggi sejak bulan Agustus. Indeks S&P 500 juga mengalami penurunan, kehilangan semua keuntungan yang diperolehnya sejak pemilihan umum 2024. Kondisi ini menciptakan atmosfer investasi yang lebih hati-hati, dengan banyak investor yang memilih untuk mengurangi risiko portofolio mereka.
Di tengah penurunan harga Bitcoin, Zach Pandl dari Grayscale memberikan pandangan optimis mengenai prospek jangka panjang Bitcoin sebagai alternatif terhadap dolar AS. Pandl menunjukkan bahwa penurunan harga yang terjadi saat ini dapat menjadi titik masuk yang baik bagi investor baru. Ia mengingat kembali bagaimana harga Bitcoin mengalami lonjakan ketika Federal Reserve mengurangi suku bunga, yang secara tradisional memberikan manfaat bagi aset-aset berisiko seperti Bitcoin dengan meningkatkan likuiditas.
Beberapa faktor yang menyebabkan volatilitas tinggi Bitcoin saat ini antara lain:
1. Ketidakpastian ekonomi global dan domestik yang dipicu oleh kebijakan perdagangan.
2. Tingginya angka inflasi yang menyebabkan investor lebih berhati-hati.
3. Hubungan yang erat antara Bitcoin dan pasar saham, yang terus berfluktuasi.
4. Kebijakan suku bunga yang dijaga stabil oleh Federal Reserve, yang memunculkan ketidakpastian lebih lanjut tentang dampak tarif perdagangan.
Meskipun kondisi saat ini tampak kurang menguntungkan, banyak analis tetap percaya bahwa Bitcoin memiliki masa depan yang cerah sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk melindungi nilai di tengah inflasi yang mengganas. Dengan melihat potensi pertumbuhan jangka panjang, banyak investor diperkirakan masih akan tertarik untuk berinvestasi, terutama jika terjadi stabilisasi di pasar tradisional dan kejelasan dalam kebijakan ekonomi pemerintah.
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dalam pernyataannya menyebutkan adanya “ketidakpastian makroekonomi yang sangat tinggi”. Ia memperingatkan bahwa upaya untuk mengendalikan inflasi mungkin akan terhambat oleh tarif yang ditetapkan di bawah pemerintahan sebelumnya, yang dapat mengakibatkan suku bunga tetap tinggi lebih lama dari yang diharapkan. Keadaan ini jelas menunjukkan betapa pentingnya bagi investor untuk tetap waspada dan mengawasi perkembangan pasar secara seksama, karena keputusan yang diambil oleh pemerintah dan lembaga keuangan dapat berdampak signifikan terhadap volatilitas aset kripto seperti Bitcoin.