B-Universe: Prediksi Penjualan Halal Tumbuh di Era Ekonomi Syariah

Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar dalam mengembangkan perekonomian syariah. Dalam beberapa tahun ke depan, permintaan terhadap produk halal diperkirakan akan mengalami peningkatan yang signifikan. Direktur Utama B-Universe, Rio Abdurachman, menyatakan bahwa pengeluaran umat Muslim untuk produk halal diprediksi mencapai Rp 3 triliun pada tahun 2025. Angka ini mencerminkan besarnya peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri di dalam negeri.

Proyeksi konsumsi halal di Indonesia juga menunjukkan angka yang tidak kalah mencolok, dengan estimasi mencapai 281,6 miliar. Kontribusi industri halal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional diperkirakan mencapai 11.700 triliun atau 48,34 persen pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup halal telah bertransformasi menjadi standar baru dalam perekonomian global. "Angka-angka ini menunjukkan bahwa gaya hidup halal bukan hanya sekedar pilihan, melainkan telah menjadi standar baru bagi perekonomian global," ungkap Abdurachman dalam forum diskusi bertajuk “Ekonomi Syariah: Gaya Hidup Halal dan Tren untuk Konsumen” di Jakarta.

Gaya hidup halal kini tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan, melainkan juga merambah ke berbagai segi kehidupan sehari-hari, termasuk pakaian, makanan, hingga gaya hidup. "Sekarang gaya tren dan gaya hidup halal sudah menjadi bagian dari lifestyle dalam kehidupan kita," tambahnya. Perubahan ini menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya mempertimbangkan aspek halal semata, tetapi juga aspek kualitas dan nilai estetik dalam memilih produk.

Namun, untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan industri syariah ini, Abdurachman menekankan perlunya kolaborasi dari berbagai pihak. Kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas menjadi kunci untuk meningkatkan literasi masyarakat terkait nilai-nilai syariah. "Kita perlu melakukan pertemuan-pertemuan untuk mempertajam kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi dan komunitas yang menjadi kunci utama," ungkapnya.

Dari sudut pandang regulasi, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, juga menyampaikan harapannya agar Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam perekonomian syariah. "Kita jangan sampai ketinggalan, jangan sampai Indonesia hanya menjadi pasar bagi produk halal, tetapi harus menjadi pemain utama," katanya tegas saat sesi yang sama. Ia juga menjelaskan bahwa OJK berkomitmen untuk mendukung perkembangan industri perbankan syariah sebagai bagian dari upaya mewujudkan stabilitas sektor keuangan yang tangguh.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai proyeksi dan potensi penjualan produk halal di Indonesia:

  1. Pengeluaran Umat Muslim: Diprediksi mencapai Rp 3 triliun pada 2025 untuk produk halal.
  2. Proyeksi Konsumsi Halal: Estimasi konsumsi halal di Indonesia mencapai 281,6 miliar.
  3. Kontribusi Terhadap PDB: Industri halal dapat menyumbang hingga 48,34 persen dari PDB nasional pada 2025.
  4. Transformasi Gaya Hidup: Gaya hidup halal telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya aspek keagamaan.
  5. Kolaborasi Pihak Terkait: Pentingnya kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas dalam meningkatkan literasi syariah.
  6. Posisi Indonesia dalam Perekonomian Syariah: Harapan untuk menjadi pemain utama, bukan sekedar pasar, dalam industri syariah global.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan permintaan akan produk-produk halal, Indonesia memiliki peluang besar untuk tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen yang berkontribusi pada perekonomian syariah global. Ini menjadi tantangan bagi semua pihak untuk bersama-sama mengoptimalkan potensi yang ada demi masa depan perekonomian yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Exit mobile version