Apple Kerek Pengiriman iPhone dari China untuk Hindari Tarif Trump

Perusahaan teknologi ternama asal Amerika Serikat, Apple Inc., baru-baru ini dikabarkan meningkatkan pengiriman produk iPhone dari China pada kuartal pertama tahun 2025. Langkah ini diambil sebagai strategi untuk menghindari tarif tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump terhadap barang-barang yang diekspor dari China. Secara tahunannya, pengiriman iPhone dilaporkan naik hingga 10%, mencerminkan upaya perusahaan dalam menyesuaikan strategi bisnis guna menghadapi tantangan tarif.

Menurut laporan yang dirilis oleh International Data Corporation (IDC), Apple mengirimkan sebanyak 57,9 juta unit iPhone antara Januari hingga Maret 2025. Angka ini meningkat dari 52,6 juta unit yang dikirimkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini tidak sepenuhnya dipicu oleh lonjakan permintaan dari konsumen, melainkan lebih pada strategi penimbunan yang dilakukan Apple untuk menghadapi potensi kenaikan biaya akibat tarif yang diberlakukan.

Research dari IDC menyatakan, “Lonjakan pasokan ini dimaksudkan untuk mengurangi potensi kenaikan biaya dan gangguan, sehingga secara efektif meningkatkan angka pengiriman kuartal pertama melampaui yang diantisipasi dari permintaan konsumen yang mendasar.” Dalam konteks ini, perusahaan tidak perlu membayar tarif untuk perangkat yang sudah berada di dalam negeri sebelum tarif diterapkan. Oleh karena itu, pengiriman dari China juga meningkat, berdesakan untuk mengisi inventaris di saluran distribusi AS.

Presiden Trump telah memberlakukan tarif yang dapat mencapai 145% untuk barang-barang yang diekspor dari China. Meski pada akhirnya tarif tersebut mengalami penurunan setelah ada pengecualian untuk produk elektronik, risikonya tetap ada. Trump menyatakan bahwa tarif baru yang akan dikenakan pada produk terkait semikonduktor akan kembali diberlakukan, meskipun diperkirakan jauh lebih rendah dari angka 145% sebelumnya. Hal ini menjadi perhatian konsumen, yang merasa khawatir terhadap potensi kenaikan harga.

Sementara itu, pengiriman iPhone ke China justru mengalami penurunan. IDC mengungkapkan, hal ini disebabkan oleh program subsidi pemerintah China yang tidak mencakup model iPhone Pro. Kondisi ini menambah tantangan bagi Apple di pasar domestik, di mana mereka harus bersaing dengan produk lokal dan kebijakan pemerintah yang berdampak pada permintaan.

Pengumuman terkait hasil penjualan aktual Apple untuk kuartal kedua diharapkan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai dampak strategi pengiriman ini dan permintaan pasar. Rencananya, perusahaan akan mengumumkan hasil tersebut pada tanggal 1 Mei 2025. Dalam laporan IDC juga dicatat bahwa industri smartphone secara keseluruhan tetap stagnan dengan Xiaomi Corp. sebagai pemenang kedua, mencatatkan peningkatan unit sebesar 2,5%. Sementara itu, Oppo mengalami penurunan terbesar dengan sekitar 7%.

Di tengah situasi ini, Apple tampaknya tidak hanya mengandalkan pengiriman dari China. Perusahaan juga telah meningkatkan investasi produksinya di India, yang kini mampu memproduksi 20% dari semua iPhone untuk memenuhi permintaan pasar AS. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga rantai pasokan tetap stabil dan mengurangi ketergantungan pada satu lokasi.

Konsumen saat ini mencari untuk membeli iPhone sebelum adanya kemungkinan kenaikan harga di masa depan, mengingat situasi kebijakan Gedung Putih yang masih dinamis. Dengan hasil kuartalan yang akan datang, Apple dan analis pasar lainnya akan memperhatikan bagaimana strategi pengiriman serta produksi ini dapat membantu perusahaan tetap kompetitif di pasar yang secara keseluruhan tercatat tumbuh sebesar 1,5%, dengan 305 juta unit dikirimkan secara global. Samsung Electronics Co. tetap menjadi pemimpin pasar dengan sekitar 61 juta pengiriman, diikuti oleh Apple dengan pangsa pasar 19%.

Exit mobile version