Apakah Dinosaurus Sudah Menuju Kepunahan Sebelum Asteroid?

Sekelompok ilmuwan baru saja menerbitkan hasil penelitian yang menawarkan perspektif baru mengenai nasib dinosaurus menjelang kepunahan mereka 66 juta tahun yang lalu. Penelitian ini dilakukan dengan fokus pada catatan fosil di Amerika Utara, khususnya selama 18 juta tahun sebelum peristiwa kepunahan massal yang menandai akhir periode Kapur. Temuan ini menimbulkan pertanyaan penting: Apakah dinosaurus sudah menuju kepunahan sebelum asteroid menghantam Bumi?

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Current Biology ini menunjukkan bahwa walaupun jumlah spesies dinosaurus menurun dalam sembilan juta tahun sebelum tabrakan asteroid, ada العديد dari faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memahami kondisi mereka pada saat itu. Lead penulis studi, Chris Dean, seorang peneliti paleontologi di University College London, mengatakan bahwa catatan fosil memiliki kelemahan dalam merefleksikan keberadaan spesies-pesies tersebut.

Berikut tiga poin penting dari penelitian ini:

  1. Akurasi Catatan Fosil: Dean menjelaskan bahwa selama ini para ilmuwan menyadari bahwa catatan fosil tidak sepenuhnya akurat dan mencerminkan bias dari masa lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan besar data yang tersedia tidak memberikan gambaran yang utuh tentang keanekaragaman dinosaurus.

  2. Modeling Statistik: Dalam penelitian ini, tim peneliti menggunakan pendekatan statistik yang dikenal sebagai occupancy modeling untuk memperkirakan kemungkinan keberadaan dinosaurus di lokasi tertentu. Teknik ini, yang biasanya digunakan dalam ekologi dan konservasi saat ini, bertujuan untuk memperhitungkan kemungkinan bahwa sebuah spesies mungkin terlewat atau tidak terdeteksi meskipun sebenarnya ada di suatu area.

  3. Kestabilan Habitat: Penelitian menunjukkan bahwa proporsi lahan yang ditempati oleh empat kelompok keluarga dinosaurus utama—Ankylosauridae, Ceratopsidae, Hadrosauridae, dan Tyrannosauridae—tetap konstan selama periode 18 juta tahun yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa area habitat mereka tidak banyak berubah dan risiko kepunahan tidak terlalu tinggi.

Salah satu alasan yang dapat menjelaskan penurunan yang tampak dalam keanekaragaman spesies dinosaurus adalah kurangnya paparan batuan di permukaan Bumi selama periode tersebut. Proses geologis seperti pengangkatan gunung dan penurunan muka laut mengakibatkan lebih sedikit fosil yang tersedia untuk diteliti hari ini. Alfio Alessandro Chiarenza, salah satu penulis studi, menyatakan bahwa penurunan yang terlihat dalam catatan fosil lebih mungkin disebabkan oleh pengurangan jendela pengambilan sampel, dan bukan karena fluktuasi nyata dalam keanekaragaman hayati.

Chiarenza mencatat, “Dinosaurus mungkin tidak dalam kondisi terpuruk menjelang akhir Mesozoikum. Jika bukan karena asteroid tersebut, mereka mungkin masih berbagi planet ini dengan mamalia, cicak, dan keturunannya yang masih hidup, yaitu burung.”

Meski penelitian ini memberikan sudut pandang baru, kontroversi masih ada di kalangan para ahli. Mike Benton, seorang profesor paleontologi vertebrata di University of Bristol, menganggap studi tersebut sangat mendalam, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ada pengurangan dalam keanekaragaman dinosaurus sebelum peristiwa kepunahan. Ia berpendapat bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengurangan yang diamati mungkin dipengaruhi oleh artefak statistik.

Darla Zelenitsky, seorang paleontolog di University of Calgary, menambahkan bahwa beban geologis dapat menyulitkan para ilmuwan untuk mendeteksi dinosaurus dan memahami pola keanekaragaman mereka menjelang kepunahan.

Temuan ini memberikan wawasan berharga bagi pemahaman kita tentang dinosaurus dan dapat membantu menjelaskan bahwa mereka mungkin tidak sepenuhnya dalam kondisi sekarat ketika asteroid tersebut menghantam Bumi. Penelitian ini adalah langkah maju dalam menggali lebih dalam sejarah kehidupan di planet kita dan bagaimana faktor-faktor lingkungan dapat memengaruhi spesies dalam skala waktu yang sangat besar.

Berita Terkait

Back to top button