Bisnis

Analisis: Mengapa Bitcoin, Ethereum, dan Dogecoin Jatuh dan Bangkit?

Pasar cryptocurrency mengalami kejatuhan dan pemulihan yang tajam dalam 24 jam terakhir, menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor mengenai kesehatan ekonomi global dan apakah valuasi tinggi untuk aset berisiko seperti cryptocurrency masih dapat dibenarkan. Bitcoin, Ethereum, dan Dogecoin, tiga aset digital terpopuler, menunjukkan fluktuasi yang dramatis pada perdagangan Jumat, dengan Bitcoin sempat jatuh hingga lebih dari 6% sebelum stabil, Ethereum turun 4% namun pernah mencapai penurunan 9.7%, dan Dogecoin yang mengalami penurunan hingga 12.5% sebelum pulih ke level penurunan 3.9%.

Situasi ini mencuat menjelang akhir pekan ketika likuiditas biasanya menyusut, meningkatkan potensi volatilitas dalam perdagangan. Kenaikan tajam harga cryptocurrency selama empat bulan terakhir didorong oleh spekulasi bahwa pemerintahan baru akan membawa kebijakan yang lebih mendukung, namun hal ini belum terlihat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan valuasi cryptocurrency. Secara umum, sebagian besar cryptocurrency kini berada di level yang sama atau bahkan lebih rendah dibandingkan dengan saat pemilihan umum di AS berlangsung.

Ketika investor beralih fokus pada laporan dari Departemen Perdagangan yang menunjukkan kenaikan harga sebesar 2.6% dibandingkan tahun lalu, penyusutan belanja konsumen sebesar 0.2% meskipun pendapatan meningkat 0.9%, menjadi perhatian utama. Makin sedikitnya belanja untuk barang-barang besar seperti kendaraan juga menjadi tanda bahwa anggaran konsumen tertekan oleh biaya makanan dan perumahan yang meningkat. Dengan konsumen yang merupakan motor penggerak ekonomi, penurunan ini jelas menjadi kekhawatiran tersendiri bagi investor.

Ada beberapa faktor yang saat ini memengaruhi pasar cryptocurrency, antara lain:

  1. Persepsi Aset Berisiko: Cryptocurrency berperilaku mirip dengan saham pertumbuhan, yang telah menunjukkan performa baik dalam beberapa bulan terakhir. Namun, penurunan dalam belanja konsumen dapat mengindikasikan adanya potensi masalah ekonomi yang lebih besar.

  2. Kebijakan Impor: Dengan tarif yang kemungkinan akan diberlakukan pada impor dari Kanada, Meksiko, dan China, banyak konsumen mungkin sudah mulai menahan pengeluaran. Situasi ini dapat mengakselerasi kondisi ekonomi yang memburuk, yang pada gilirannya dapat mengurangi minat terhadap aset berisiko seperti cryptocurrency.

  3. Keterbatasan Sektor Crypto: Kebijakan yang diharapkan akan memberi dukungan pada cryptocurrency tidak langsung diterjemahkan menjadi kenaikan valuasi, karena saat ini belum ada cukup waktu bagi inovasi di sektor blockchain untuk berkembang. Meskipun ada perkembangan, lebih banyak inovasi terlihat pada stablecoin ketimbang cryptocurrency tradisional, yang mempengaruhi aliran investasi ke Bitcoin dan Dogecoin.

  4. Persaingan Blockchain: Ethereum, yang sebelumnya banyak diminati, mulai kehilangan pangsa pasar karena munculnya blockchain yang lebih cepat dan lebih murah. Hal ini berdampak pada tingkat permintaan yang lebih rendah untuk Ethereum di pasar.

Ketidakpastian kini menjadi hal yang umum dalam pasar cryptocurrency, mendorong banyak investor untuk berpikir dua kali sebelum melakukan investasi lebih lanjut. Beberapa analis bahkan mengindikasikan bahwa dalam keadaan saat ini, Bitcoin dan aset sejenis mungkin bukanlah pilihan terbaik untuk portofolio investasi yang sehat.

Menjelang tahun 2025, harapan akan kebijakan yang lebih berpihak pada cryptocurrency tampak meredup, mengingat tren penurunan yang muncul. Dengan tantangan yang terus berkembang ini, investor harus lebih berhati-hati dan mempertimbangkan dengan matang sebelum memasukkan dana ke dalam pasar aset digital. Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa meskipun ada potensi jangka panjang, ketidakpastian dalam jangka pendek akan tetap membayangi pasar ini.

Hendrawan adalah penulis di situs spadanews.id. Spada News adalah portal berita yang menghadirkan berbagai informasi terbaru lintas kategori dengan gaya penyajian yang sederhana, akurat, cepat, dan terpercaya.

Berita Terkait

Back to top button