90% Perusahaan Asia Pasifik Siap Adopsi Agen AI dalam 3 Tahun

Perusahaan-perusahaan di kawasan Asia Pasifik semakin menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap inovasi teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). Dalam sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh Accenture, diungkapkan bahwa 90% dari mereka, atau sembilan dari sepuluh perusahaan, berencana untuk mengadopsi model agen AI dalam waktu tiga tahun ke depan. Tren ini menandai pergeseran signifikan dalam cara perusahaan memanfaatkan teknologi untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan.

Agen AI merupakan sistem perangkat lunak yang mampu menjalankan tugas-tugas tertentu secara otonom tanpa perlunya intervensi manusia. Teknologi ini mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, mengumpulkan data, dan menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan tugas. Potensi penggunaan agen AI sangat luas, mulai dari otomatisasi proses bisnis hingga peningkatan layanan pelanggan.

Namun, meski semangat adopsi AI sedang meningkat, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa banyak perusahaan belum sepenuhnya siap menghadapi risiko yang berkaitan dengan penggunaan teknologi ini. Hanya 1% organisasi yang menyatakan telah mengambil langkah untuk mempersiapkan risiko terkait kepatuhan, privasi, dan pengelolaan data. Ini menunjukkan bahwa ada kekhawatiran yang signifikan mengenai aspek-aspek etis dan legal dalam penerapan AI.

Dalam studi tersebut, Accenture menilai kematangan organisasi dan operasional sebagai faktor kunci dalam penggunaan AI yang bertanggung jawab. Menariknya, 48% perusahaan di Asia Pasifik memandang praktik AI yang bertanggung jawab sebagai alat strategis yang dapat mendukung pertumbuhan pendapatan. Di sisi lain, 73% perusahaan mengklaim sudah memiliki sistem organisasi yang matang, meskipun ada 35% yang masih tertinggal dalam hal kematangan operasional terkait AI.

Risiko yang dihadapi juga menjadi perhatian serius. Sebanyak 57% perusahaan menyoroti privasi dan tata kelola data sebagai risiko utama, diikuti dengan keamanan yang menjadi perhatian 53% dari mereka. Dengan meningkatnya kekhawatiran ini, penting bagi perusahaan untuk mengembangkan pendekatan yang lebih menyeluruh terhadap keamanan data saat mengimplementasikan AI.

Ryoji Sekido, Co-CEO Asia Pasifik dan CEO Asia Oceania Accenture, menegaskan bahwa bisnis di seluruh kawasan harus siap menghadapi perubahan dan disrupsi yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Sekido menambahkan, “bisnis menyadari bahwa kesuksesan terletak pada fleksibilitas dan efisiensi melalui teknologi baru.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa adaptasi dan inovasi adalah kunci bagi perusahaan untuk bertahan dan berkembang di pasar yang kompetitif.

Meskipun perusahaan-perusahaan semakin meningkatkan investasi mereka dalam AI, banyak dari mereka juga merasa kesulitan untuk mendapatkan nilai maksimal dari investasi ini. Untuk efektif mengimplementasikan AI, terutama jenis AI generatif dan agentik, perusahaan perlu membangun kepercayaan di antara karyawan dan pelanggan, serta memastikan bahwa mereka memiliki fondasi data yang solid.

Accenture menggarisbawahi pentingnya mengoperasionalkan AI secara bertanggung jawab. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai jangka panjang dan berkelanjutan. Langkah-langkah yang disarankan meliputi peningkatan transparansi dalam pengelolaan data, pelatihan karyawan tentang penggunaan AI, dan menciptakan kerangka kerja yang mendukung etika dalam pengembangan teknologi.

Dalam rangka menghadapi tantangan yang ada, perusahaan di Asia Pasifik perlu berkolaborasi dengan ahli dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan meminimalkan risiko. Dengan pendekatan yang tepat, mereka tidak hanya dapat memanfaatkan potensi agen AI, tetapi juga menjaga kepercayaan publik dan memenuhi tuntutan regulasi yang semakin ketat di era digital yang berkembang.

Berita Terkait

Back to top button