
Sebanyak 30 persen dari sekitar 98.000 remaja putri di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengalami anemia. Angka ini mencerminkan kondisi kesehatan yang memprihatinkan dan telah menjadi perhatian serius dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. Kepala Dinas Kesehatan, dr. Neneng Hasanah, menjelaskan bahwa pola makan yang tidak sehat menjadi salah satu faktor utama tingginya angka anemia di kalangan remaja putri.
Remaja saat ini cenderung memilih makanan cepat saji atau junk food yang kurang memperhatikan kandungan gizi. Menurut dr. Neneng, banyak remaja lebih suka mengonsumsi makanan seperti gorengan, mi instan, dan minuman manis. Makanan-makanan tersebut umumnya rendah zat besi, yang merupakan elemen penting untuk mencegah anemia. "Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena dapat berpengaruh negatif pada kesehatan mereka di masa depan," ungkapnya.
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi, yang crucial dalam produksi hemoglobin, merupakan penyebab utama kondisi ini. Dampak dari anemia tidak hanya sebatas kelelahan, tetapi juga dapat menurunkan produktivitas. Jika tidak diatasi, anemia berisiko memicu komplikasi kesehatan yang lebih serius, terutama bagi remaja putri di masa depan.
Para remaja putri yang mengalami anemia berpotensi tinggi mengalami gangguan kesehatan saat hamil kelak. "Anemia dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, bahkan bayi yang dilahirkan bisa mengalami stunting," jelas dr. Neneng. Selain anemia, data dari Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa kasus penyakit lain seperti diabetes, obesitas, kanker, dan stroke juga meningkat di kalangan masyarakat. Buruknya pola makan menjadi salah satu elemen yang memperburuk masalah kesehatan ini.
Di antara pemicu utama tingginya angka anemia tersebut, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, seperti:
Pola Makan yang Tidak Seimbang: Banyak remaja tidak menyadari bahwa kebiasaan makan mereka bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang.
Konsumsi Makanan Cepat Saji: Makanan cepat saji kaya akan gula dan lemak, namun miskin nutrisi penting, terutama zat besi.
- Kurangnya Edukasi Gizi: Banyak remaja yang tidak mendapatkan informasi yang memadai mengenai pentingnya makanan bergizi.
Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon telah mengimbau para remaja untuk mengadopsi pola makan sehat. Salah satu langkah sederhana yang dapat diambil adalah dengan mulai mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan protein. Langkah ini dianggap penting untuk menekan angka anemia di daerah tersebut.
Upaya sosialisasi tentang pentingnya gizi seimbang juga tengah gencar dilakukan di sekolah-sekolah. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran remaja akan pola makan sehat. Selain edukasi di sekolah, peran orang tua juga sangat penting dalam membentuk kebiasaan makan sehat bagi anak-anak mereka. Dr. Neneng menekankan pentingnya orang tua untuk menjadi teladan dalam pola makan sehat. "Jika tersedia makanan bergizi di rumah, anak-anak akan terbiasa mengonsumsi makanan yang lebih baik," ungkapnya.
Sekolah juga diharapkan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Misalnya, dengan menyediakan kantin sehat yang menjual makanan bergizi dan membatasi penjualan makanan yang mengandung kadar gula dan lemak tinggi. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan remaja di Kabupaten Cirebon dapat terhindar dari risiko anemia dan penyakit-penyakit lainnya yang lebih serius di masa depan.